Minggu, 31 Maret 2013

Paris, Tempatku Menemukanmu (Cerbung Part 4 End)

 
Ini link Bagi Yang blum pada baca part 1,2,dan 3 nya :)
Part 1 ==> http://syerlenputria.blogspot.com/2013/03/paris-tempatku-menemukanya-cerbung.html
Part 2 ==> http://syerlenputria.blogspot.com/2013/03/paris-tempatku-menemukanya-cerbung-part.html
Part 3 ==> http://syerlenputria.blogspot.com/2013/03/paris-tempatku-menemukanya-cerbung-part_31.html

Taraaaaa... Akhirnya End Juga cerbungnya, nah sekarang tinggal Part end nih !!
Happy Reading =D


“Yeah I’m Asian, I’m Indonesian” Jawabku, yang masih tidak percaya jika ada orang yang sangat mirip dengan Thalia yang memang sudah pergi untuk selama-lamanya.
“Oh orang Indonesia, Saya juga orang indonesia, senang bertemu dengan anda disini” Jawab Orang yang memang mirip Thalia itu, dan ternyata orang indonesia, kok bisa dia ada di Paris.
“Thalita désolé, je dois y aller” Kata salah satu temanya Kembaran Thalia itu, sambil pergi , dan meskipun aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.
“Alors, soyez prudent” Jawab kembaranya Thalia itu.
“Oia, kenapa bisa kamu sekolah disini? Siapa namamu?” Tanya orang yang mirip sekali dengan Thalia, sehingga membuat urat nadiku seolah-olah akan copot, dengan gugup aku menjawab “A...a..Ayahku ada biss..nis disni, membu..at aku jad..i Pindah ke..sini”
“Are you oke??” Tanya Kembaranya Thalia.
“Iya, aku baik-baik saja, maaf” Jawabku
“Oh iya, tidak apa-apa, namamu siapa?” Tanya kembaranya Thalia sambil mengulurkan tangan.
“Namaku Adrian, kalo kamu?” Tanyaku.
“Namaku Thalita, panggil saja aku Lita, senang bertemu denganmu Adrian” Jawaban Kembaran Thalia membuat aku tersentak setelah aku tahu namanya pun hampir sama yakni Thalita-Thalia, membuat keringat dinginpun keluar dari seluruh tubuhku, mengapa ada orang yang sanpai kembar identik dengan Thalia, membuat aku kembali mengingatnya, tapi aku sadar Thalia sudah pergi untuk selama-lamanya, dan aku tahu dia tak akan pernah kembali lagi.
2 Bulan aku mengenal Thalita, rasanya aku ingin mengenalnya lebih dekat, aku jadi semakin ingin mengetahui tentang Thalita, karena banyak sekali kemiripan dengan Thalia, hanya saja Thalita Rambutnya agak ikal, dan bola matanya agak kecokelatan,  tidak seperti Thalia yang memang lurus dan bola matanya pun hitam. Setelah bertemu dengan Thalita, rasanya aku selalu bersama Thalia, entah mengapa kenyamanan itu datang seperti dikala aku bersama Thalia di sekolah,  rasa rinduku terhadap thalia sepertinya mulai terobati setelah aku mengenal thalita selama berbulan-bulan, kebaikanya pun hampir sama, bahkan senyum manisnya hampir sama, layaknya pinang dibelah dua, Thalita dan Thalia sangat mirip sekali. Kehadiran Thalita membuat aku semakin nyaman tinggal di Paris, dan aku merasakan ada sosok seorang Thalia di dalam Raga Thalita.
“Lit, besok ada acara gak?” Tanyaku
“Sepertinya tidak ada, mengapa dri?” Jawab Thalita
“Kita ke eiffel yuk?” Ajaku.
“It’s Not bad Idea, katanya besok ada acara di Saint Martin, mau kesana?” Tawar Lita.
“Bolleh, aku sms kamu besok sore ya lit, bye” Kataku sambil menuju jalan pulang.
“Bye Adrian” Jawab Lita.
Sepanjang jalan, rasanya aku tidak sabar menunggu hari esok, mengapa dengan perasaanku ini, sadarlah adrian dia bukan Thalia, tidak baik menganggap orang lain adalah bagian dari hidupmu, sadarlah adrian thalia sudah tidak ada.
*hari itupun tiba*
“Mau kemana Dri? Tumben rapi?” Tanya Ibu yang sedang membereskan meja.
“Adrian pamit bu, di saint martin ada acara, adrian sama temen-temen mau lihat” Jawabku.
“Yasudah hati-hati” Jawab ibu.
Akupun segera memberi informasi kepada Lita bahwa aku sudah ada di Saint Martin, dan Lita pun membalas pesanku, bahwa dia sedang dalam perjalanan menuju lokasi.
Didalam Cafe aku setia menunggu, sampai pada akhirnya Lita datang menghampiriku.
“Sorry lama” Ujar Lita.
“It’s No Problem, ayo pesan apa?” Tanyaku.
“Sebentar, sepertinya aku akan ke kamar mandi sebentar, tunggu ya” Ujar Lita.
Lita menaruh handphone nya diatas  Tasnya di meja, sehingga dengan jelas dapat aku lihat wallpaper di hp Thalita, tampak 2 orang anak perempuan yang berpose bersama ala model tahun 90-an, sepertinya anak itu kembar, siapakah dia, membuat aku semakin penasaran mengenai hidup Litha, tampak dari kejauhan litha kembali dari kemar mandi.
“Uhh.. sangat dingin air disini” Ujar litha yang memakai sarung tanganya kembali, karena kebetulan sekarang sedang musim salju.
“Ya begitulah,” Jawabku, yang memang penasaran.
Litha kembali ketempat duduknya, dan kembali membuka buku menu.
“Kamu pesan apa dri?” Tanya Thalita.
“Cokelat panas saja, kebetulan aku tidak lapar” Jawabku.
“Yasudah biar aku pesankan saja” Tawar Litha.
“Oke Lit, Makasih” Jawabku
Lita pun memanggil pelayan, dan bercakapan bahasa prancis, setelah itu lita fokus pada handphone nya, sembari menunggu pesanan datang.
“Eh lit, tadi aku gak sengaja liat wallpaper hp kamu, lucu loh, anak kembar yang berpose tahun 90-an, hhaaa” Ujarku.
“Coba tebak itu siapa?” Tanya Litha dengan senyum manis yang dimiliki Thalia
“I dont know” Jawabku simpel.
“Itu aku sama saudara kembarku Ad, hehe” Jawaban Thalita membuat aku terkejut, apa benar ini kembaran thalia, mengapa bisa ada di paris? Dengan siapa dia disini? Hatiku semakin bertanya-tanya. Tak lama kemudian pesanan cokelat panas pun datang, supaya tidak terlihat terkejut, aku mencoba rilex,se’rilexs mungkin.
“Kamu pu..punya saudara kembar Lit?” Tanyaku yang sangat penasaran.
“Iya, tapi sayang Dri, 5 bulan yang lalu dia meninggal karena penyakit Hemofillia B” Jawab Thalita yang sedang memasukan bongkahan gula kedalam cokelat panasnya.
Ya tuhan, mengapa kematianya sama percis dengan dengan bulan kematian Thalia, tepat pada 5 bulan yang lalu.
“Penyakit Hemofillia B itu apa sih Lit?” Tanyaku.
“Hemofillia itu penyakit kelainan Pada gen, sejak lahir dulu, dia sangat sering sakitan dri.” Jawab Litha.
“Owh begitu, maaf aku tidak tahu lit, turut berduka cita ya atas meninggalnya saudara kembar kamu” Ujarku, yang sedikit curiga kalau saudara kembarnya adalah Thalia.
“Iya Dri gak apa-apa, ayo diminum cokelatnya, mumpung lagi panas” sahut Thalita.
“Oh iya lit, sampe lupa” Jawabku.
Hampir lama sekali aku berbincang-bincang dengan litha.
“Oia dri, kapan kamu mau pulang dulu ke indo? Boleh aku ikut?” tanya Litha.
“Ya, mungkin 2 minggu kedepan, aku rindu pacarku Lit” Jawab ku
“Adrian punya pacar? Kok bisa jauh gtu? Tanya Litha.
“Pacarku lebih Jauh Lit, dia udah ada di syurga sana, jadi tujuan aku pulang dulu ke indo, aku ingin mengunjungi  makanya” Jawabku.
“Dia meninggal? Karena apa dri? Trus meninggalnya kapan?” Tanya Litha yang sepertinya penasaran.
“Penyebab pastinya, aku tidak tahu lit dia meninggal karena apa, karena dia sepertinya menyembunyikan penyakitnya dari aku, dia meninggal 5 bulan yang lalu, aku merasa sangat kehilangan sekali” Jawabku.
“Owh, sorry to hear that, aku juga sama aku ingin berkunjung ke makan saudara kembarku” Ujar Litha.
“Kenapa di indonesia? Memang dia orang mana?” Tanyaku Semakin penasaran.
“Sebenarnya aku juga orang indonesia Ad, Cuma ketika aku berumur 8 bulan, aku dan saudara kembarku dipisahin karena kondisi ekonomi keluargaku melemah, sedangkan saudara kembarku sering sakitan, itu menyebabkan aku tidak terawat, hingga pada akhirnya ayah angkatku yang tak lain adalah kakak dari ayahku berminat untuk membantu mengasuh aku, karena beliau dan istrinya tidak mempunyai anak sampai sekarang, nah ketika aku berumur 1 tahun aku menjadi warga negara disini” jawab litha dengan sedikit mejelaskan, dan itu membuat gudang pertanyaan bagiku.
“Kapan kamu terakhir bertemu saudara kembatmu lit? Tnayaku.
“Terakhir ketika kita berumur 8 tahun, seperti yang ada di wallpaper hp ini, ini adalah aku dan saudara kembarku ketika brumur 8 tahun, terakhir bertemu aku sangat tidak ingin pulang ke Paris, karena aku mempunyai feeling, itu adalah moment terakhir bersama dia” Jawab litha yang sepertinya meneteskan air mata.
“maaf lit, aku tidak bermaksud untuk membuatmu seperti ini” Ujarku sambil mencoba menenangkan Litha.
“Ya tidak apa-apa Ad, memang aku sangat merindukan ka Thalia” Ujar Litha
Nama itu keluar dari mulut Thalita, ternyata benar Thalita adalah saudara kembar Thalia yang 16 tahun lalu dipisahkan karena kondisi ekonomi keluarga mereka melemah.
“Boleh aku tanya lit?” Tawarku.
“Tentu saja ad” Jawabnya sambil memberikan senyum termanisya
“Mengapa kamu bisa punya feeling kalau moment 9 tahun yang lalu itu moment terakhir kamu bersama dia, dan siapa nama saudara kembarmu?” Tantaku
“entahlah, mungkin naluri anak kembar selalu peka ad, namanya Nathalia, biasanya dipanggil Ka Thalia, karena yg lahir lebih dulu itu ka Thalia” Jawab Thalita
“Sudah aku duga, apa kamu tau foto siapa ini?” Tanyaku sambil memberikan ponsel yang ada foto aku dan Thalia.
“Itu, ka Thalia ad, kok bisa ada di kamu?” Ujar Thalita yg sepertinya sedikit kaget.
“Boleh aku jujur?” Tanyaku.
“Of course, Honest is better” Jawab Thalita.
“Dia pacar aku yang memang meninggal 5 bulan yang lalu karena sakit, tapi aku tidak tahu penyakit yang dideritanya, sehingga dia menderita seperti itu” Jawabku
“What, kak Thalia itu pacar kamu ad? Kok bisa? Iya dia mengidap penyakit hemofillia B sejak Lahir” Sahut Thalita yang sangat terkejut ketika dia tahu akulah pacar saudara kembarnya.
“Iya Lit, sejak awal aku sudah curiga kalau kamu adalah sebagian hidupnya Thalia, sifat kalian banyak sekali kemiripan, bahkan fisikkalianpun sama, sebelum meninggal Thalia membuatkan surat ini untuku, surat yang selalu aku simpan didalam dompetku” Ujarku.
“Boleh aku lihat mana surat itu?” Pinta Thalita, dengan sangat aku mengeluarkan surat itu didalam dompetku, dan memberikanya kepada Thalita, dan dengan senang hati karena penasaran Thalita membaca surat itu, dan mejelaskan isinya, yang memang sekarang aku mengerti maksud dari surat itu.
“Memang benar apa yang dikatakan ka Thalia, kesedihanya selalu ada dikesedihanku, itulah perasaan dan naluri anak kembar, yang selalu bersatu menjadi satu, tetapi aku aneh ad, maksudnya kebahagiaanya ada kebahagianku itu apa ya” Tanya Litha.
“Entahlah lit, aku tidak berfikir seperti itu” Jawabku.
“Aku bisa merasakan tulusnya cinta Ka Thalita kepada kamu Ad” Ujar Thalita.
“Mengapa seperti itu?” Tanyaku.
“Jiwa kita selalu satu Ad, hanya saja raga yang memisahkan kita” Jawab Thalita.
“Pantas saja, aku merasa nyaman ketika aku pertama kenal dengan kamu, sama hal nya kenyamanan itu dulu aku rasakan ketika aku pertama bertemu Thalia” Sahutku sambil mnyeruput cokelat panas.
“Ya, karena jiwa Thalita akan terus bersamaku Ad” Jawab Thalita.
“Aku percaya itu lit, tapi aku sadar, yang ada di depanku sekarang adalah Talitha, bukan Thalia, dan mungkin bertemu dengan Thalia versi Paris pun aku sudah bahagia” sahutku yang memegang tangan Thalita dan sedikit menghibur nya.
“Berarti kebahagian Ka Thalia juga kebahagiaanku? Aku senang bisa mengenalmu Adrian, apalagi jika kita saling mengenal lebih dekat lagi,” Jawab Thalita yang tidak selalu jauh dari senyum manisnya.
“Tentu saja, naluri anak kembar selalu bersatu.. Aku nyaman bersamamu Tha” Ujarku, mengapa rasanya aku merasakan hal yang aneh kepada thalita, sepertinya aku mulai membuka hatiku untuk Thalia versi Paris ini, apa mungkinkah Thalita adalah pengganti Thalia yang sama percis di tuliskan disurat tersebut. Dan apa mungkinkah kebahagiaanku sekarang ada di Thalita, yang tak lain adalah kembaranya Thalia.
“Tha.. Would u be mine?” Tanyaku
“Yeah, ad, i’ll be yours” Jawabnya.
Hatiku rasanya lega sekali, setelah aku menemukan Thalita, rasanya aku bisa bersama Thalia kembali, tapi biar bagaimanapun ini adalah thalita bukan Thalia, “For Thalia, semoga kamu bisa bahagia seperti apa kamu inginkan, sekarang aku sudah menemukanya”
Thalita Said : “Ka, aku yakin kaka bahagia, terimakasih telah memberiku seorang pendamping, semoga ka Thalia bahagia dan bisa ikhlas melihat aku bersama adrian, karena aku bisa merasakan tulusnya cinta kaka kepada ka adrian, ka bukankah ini yang kamu inginkan dalam surat itu, sekarang dia menemukanku ka, aku harap kaka bahagia”


*************** TAMAT*************************

Paris, Tempatku Menemukanya (Cerbung Part 3)

 
Gimana dengan Part 1 dan 2 nya??
Bagi yang belom baca ini ada link nya
Part 1 ==> http://syerlenputria.blogspot.com/2013/03/paris-tempatku-menemukanya-cerbung.html
Part 2 ==>  http://syerlenputria.blogspot.com/2013/03/paris-tempatku-menemukanya-cerbung-part.html
Nah sekarang kita lanjut Ke part 3 nya, Happy reading =D


Tepat pada pukul 22.30 malam, bunda Thalia menyuruh aku untuk beristirahat dan pulang, begitupun tante dian yang sudah menelponi aku untuk segera pulang, tetapi beribu-ribu alasan sehingga tante dian percaya aku sedang di rumah temanku, aku tidak bisa meninggalkan Thalia sebentarpun, agar aku tahu apa yang terjadi kepadanya.
Akupun duduk di kursi depan ruang ICU, dan karena kantuknya aku sampai terlelap tidur, dan bahkan sampai mimpi, didalam mimpi itu aku bertemu dengan ayah dan ibuku di paris, aneh nya kak Aurel sedang mengobrol dengan seorang wanita mirip sekali dengan Thalia, sepertinya mereka sudah akrab sekali, tapi Thalia dimimpi itu kok rambutnya terlihat pendek, dan mungkin sedikit hitam, tetapi wajah dan senyumnya sangat mirip sekali dengan Thalia, setelah aku akan menghampiri kak Aurel, mimpiku pun terbuyarkan karna Bunda yang membangunkanku untuk bertemu dengan Thalia, akupun segera menghampiri Thalia, karena tim medis sudah membolehkan aku untuk masuk, tapi dengan pakaian dan masker tertentu, perlahan aku mendekati Thalia yang sedikit siuman.
“Tha.. Kamu ingat aku?” Tanyaku, yang tak tahan menahan air mataku, tetapi respon Thalia hanya mengangguk dan sedikit tersenyum.
“Aku kangen kamu tha” Ujarku yang memegang tangan Thalia, setelah melihat aku dengan pandangan kosong, perlahan mata thalia mengeluarkan air mata.
“Aku percaya kamu kuat tha, kamu gadis yang paling kuat di dunia ini, kamu pasti sembuh tha” Kataku, yang tak sadar air mata ini sudah membasahi pipiku, thalia memegang erat tanganku, seolah-olah dia tidak ingin aku untuk meninggalkanya, tetapi waktuku sudah habis, tim medis pun menyuruh aku keluar, tetapi tangan Thalia masih erat memgang tanganku.
“Tha.. kamu gak usah takut, aku akan selalu ada buat kamu, aku sayang kamu” Sambil perlahan melepaskan tanganya, dan mencium keningnya. Tak kuasa aku meninggalkan Thalia yang terbaring lemah saat itu, jika harus memilih, lebih baik aku yang terbaring sakit, lebih baik aku saja yang terbaring lemah seperti itu.
*diluar ruangan
15 menit kemudian, aku melihat sepertinya tim medis sibuk sekali tidak biasanya, ya tuhan apa yang terjadi saat itu, ketika melihat bunda Thalia sepertinya sudah tidak ada harapan lagi, ya tuhan apa yang terjadi, tak lama kemudian tim medis yang di dalam ruang ICU tsb menyuruh kami semua untuk masuk, dan ketika aku masuk tak kuasa aku mendekati Thalia yang terbaring lebih lemah, tidak seperti 15 menit yang lalu, mungkin sekarang aku hanya bisa pasrah atas keadaanya Thalia yang semakin memburuk, karena aku tidak tega melihat dia terlalu lama menderita seperti itu, aku hanya bisa melihat Thalia dari jarak kurang lebih 3 meter antara aku dan thalia, 10 menit kemudian, takdir memang terjadi, tepat pada pukul 01.30 Dini hari, thalia meninggalkan aku dan keluarganya untuk selama-lamanya, berjuta air mata keluar dari mataku, sehingga pusing yang aku rasakan, mengapa takdir memisahkan cinta kita, tapi cintaku kepada thalia takan pernah hilang sampai kapanpun.
            Siang itu setelah selesai pemakaman Thalia , aku segera berpamitan kepada orang tua thalia untuk pulang, ketika itu, bunda thalia memberikan sepucuk surat berwarna merah jambu, dan dia menyuruh aku membacanya jika aku ada waktu, akupun segera bergegas pulang, sesampai dirumah Tante dian malah memaki-maki aku karena alasan yang tidak pulang, bahkan sampai tidak masuk sekolah, tetapi aku menceritakan semua kejadian, sehingga air mata tante dian pun aku lihat menetes, segeralah aku menuju kamar, dan mencoba menenangkan diriku. Perlahan aku membuka sepucuk surat tersebut yang isinya adalah “Adrian sayang, apa kabar? Pasti baik kan? Aku juga baik kok, gak usah khawatirin aku, aku baik-baik saja, oiya, sudah menerima surat ini dari bunda? Syukurlah jika sudah ada ditanganmu, aku senang jika kamu membaca surat ini, oya aku Cuma mau bilang, aku sayang kamu, tetapi tidak mungkin aku bisa selalu memilikimu, karena aku tahu kamu pasti mendapatkan yang lain ketika aku sudah bahagia di sana, Adrian sayang, jiwaku akan selalu ada di dunia ini, hanya saja ragaku yang tidak ada, perasaanku akan selalu ada di hati kamu, bahkan di dunia ini ada orang yang bisa menggantikan sosok diriku untukmu, kesedihanku juga akan ada di kesedihan orang tiu, bahkan kebahagiaanku ada di orang itu juga. Berhentilah bersedih, dan usap air matamu, aku akan selalu tersenyum jika kamu tersenyum, mungkin sekian surat dari aku, aku senang sekali karena kamu sudah mau baca surat aku, bye..bye sayang, jaga dirimu baik-baik ya” Setelah membaca surat itu sepertinya ada sedikit semangat untuku, aku akan mengingat isi surat itu baik-baik, meskipun aku tidak tahu pasti apa maksud dari orang itu, setelah aku fikir panjang, sepertinya apalah arti hidup ini jika tidak ada Thalia di Jakarta, mungkin aku berniat untuk menyusul orang tuaku di paris dan sekolah disana, yeah maybe it’s not bad Idea.
Malamnya aku merundingkan hal ini baik-baik dengan tante Dian, dan jika keputusanku sudah bulat, tante dian akan mengurus passport keberangkatanku, kapanku itu, dan aku menginginkan secepatnya, karen tidak tahan dengan masa kini, aku ingin membuka kehidupanku yang baru di Negri seribu cinta.
Setelah aku berbicara baik-baik dengan Tante dan keluargaku di Paris sana, akhirnya lusa bisa langsung berangkat menuju Paris
*lusa pun tiba.
Aku segera menuju bandara, diantar dengan tante Dian yang juga akan mengantarkan aku sampai tujuan, karena dia khawatir denganku, perjalanan menempuh jarak selama 20 Jam dengan transit selama 4 jam di Austria dan di dan Kuala Lumpur, perjalanan yang cukup melelahkan, setelah menempuh jarak yang lumayan lama, sampai pada akhirnya aku menginjakan kakiku pertama di Charles De Gaulle Airport of Paris, perasaan senang dan sedih bercampur di hatiku, karena aku meninggalkan tanah kelahiranku dan meninggalkan jejak cintaku untuk memulai kehidpan baruku di ibukota kota France ini, tampak ku lihat ibu dan kak Aurel melambaikan tanganya dari kejauhan, dan aku segera menghampirinya dengan rasa rindu yang mendalam.
Setelah melepas rindu, aku segera menuju apartemen baruku di jalan saint jacques, betapa indahnya kota yang satu ini, apalagi aku akan menetap disini, tak terbayangkan olehku.
            2 Minggu aku menetap di kota Paris ini, karena tidak ingin aku terlalu lama diam, ibuku segera mendaftarkan aku kesebuah sekolah SMA di dekat apartement dekat rumah aku, ibuku mendaftarkan aku di Frankford High School, karena aku masih kelas 3 SMA, besok aku bisa langsung menempati sekolah baruku, bagaimana bisa aku berinteraksi sedangkan bahasa prancis aku masih dasar, entahlah kita lihat saja nanti, mungkin seiring berjalanya waktu, akupun bisa sendiri.
Esok hari tiba, ka Aurel mengantarkan aku menuju sekolahku, disini sangat berbeda sekali dengan indonesia, di indonesia sangat rapi dengan seragamnya, tapi di paris tidak, semua siswa mengenakan baju bebas, seperti di mahasiswa. Setelah sampai dikelas aku hanya bisa diam karena mereka sangat asing, lebih asing ketika aku pindah disekolah baruku di jakarta dan pertama aku betemu dengan nathalia menanyakan dimana ruang guru, sedangkan disini, aku tidak kenal mereka. Tiba tiba ada seorang anak laki-laki membawa buku menghampiriku.
“bonjour ami, vous êtes un nouvel étudiant ici?” sahut anak laki-laki itu, sepertinya dia tanya kepadaku, apakah aku murid baru di sekolah ini, dengan sigap aku jawab.
“oui, bien sûr, mon nom est Adrian, quel est ton nom? (Ya, tentu saja, nama saya Adrian, siapa namamu?) “ Tanyaku.
“Mon nom est Carlos, viens jouer avec moi (Nama saya Carlos, Ayo bermain denganku)” Ajak Anak laki-laki itu yang tak lain bernama Carlos, sepertinya dia sangat baik juga, akupun segera bermain bersama carlos, dan dia mengenalkan aku kepada teman-teman yang lainya, meskipun sebagian aku menggunakan bahasa inggris, karena bahasa prancisku tidak begitu fasih.
2 Minggu aku sekolah di Frankford High School, sedikitnya aku sudah menemukan banyak teman yang memang eazy going, sampai pada akhirnya hari ini carlos tidak masuk sekolah, mungkin bolos, dan alhasil aku tidak mempunyai teman selain carlos, ada Dave yang memang baik, tapi dia selalu sibuk dengan basketnya, sehingga sering jalan ataupun buat lunch bareng, setelah lunch aku berencana membaca buku di halaman sekolah, tapi mengapa setelah aku pergi ke belakang halaman sekolah sepertinya 80% di taman itu wanita semua, tapi tak apalah, pemandanganya begitu indah denga  padang rumput yang sejuk, sangat terdengar jelas suara wanita-wanita yang sedang bergosip sepertinya, sehingga aku tidak konsen untuk membaca bukuku, dan mengapa tersirat aku kembali mengingat Thalia, cinta sejatiku yang tidak pernah mati, aku merasa sangat terkejut ketika ada seorang waanita yang mengagetkanku.
“Bonjour (Hello) !!”  Sahut wanita tersebut
“Hi” Jawabku sedikit salting karena terkejut.
“dirait que vous êtes nouveau ici? Êtes-vous un asiatique? (sepertinya saya baru melihat anda disini, apakah anda orang asia?) “ Tanya wanita itu yang sepertinya sok kenal.
“oui, bien sûr, mon nom est Adrian, quel est ton nom? (Ya, tentu saja, nama saya Adrian, siapa namamu?) “ Tanyaku.
“My Name is Jacqueline, okay we use the English language to talk, because I was with the French language is less understood, hehe sorry adrian” Jawab wanita itu yang bernama Jacqueline.
“Owh sorry jacqueline because i’m new here” jawabku.
Ketika aku mengalihkan pemandanganku, sepertinya aku melihat Thalia, tidak mungkin, dan sangat tidak mungkin, aku melihat Thalia, ya Thalia sedang mengobrol dengan wanita-wanita bule di bawah pohon, ya benar itu Thalia !!!, karena ingin meyakini aku menghampiri Thalia yang sedang mengobrol dengan wanita-wanita bule itu.
“Hey Adrian, Where are you going??” Teriak Jacqueline, sedikit mengacuhkan pertanyakan jacqueline, sepertinya benar itu thalia, setelah aku mendekati orang itu. Aku mencoba duduk di sebelah bangku yang di duduki thalia dan teman-temanya, ya tuhan ini seperti mimpi saja, aku bertemu dengan Thalia yg sudah pergi untuk selama-lamanya, tanpak jelas kudengar Thalia menggunakan bahasa Prancis dengan Fasih, sejak kapan Thalia bisa bhasa Prancis, mengapa dia tidak pernah bercerita kepadaku, tak henti aku memandangi wajah Thalia yang sedang mengobrol dengan teman-temanya, sehingga salah satu teman Thalia curiga denganku.
“Hé vous! Pourquoi se pencher sur mon visage comme ça, vous freak (hey kamu, mengapa melihat wajah teman saya seperti itu, kau sangat aneh)” Sahut Slah satu temanya Thalia, karena aku tidak mngerti obrolan mereka, maka aku jawab dengan bahasa inggris.
“I’m sorry sist” Jawabku
“Avez-vous les gens asie? (Apakah kamu orang Asia?)” Tanya orang yang memang kembaranya Thalia.

Paris, Tempatku Menemukanya (Cerbung Part 2)

 
Oke setelah kita baca part 1 sekarang waktunya ke Part 2..
Buat kawan semua yang blom tau Part satunya bisa dilihat juga disini ==> http://syerlenputria.blogspot.com/2013/03/paris-tempatku-menemukanya-cerbung.html
Nah kita lanjut ya =D


“Aku... Aku.. Aku.. Aku gak sakit apa-apa kok, Cuma sedikit demam saja, kamu gak usah khawatir, aku engak apa-apa kok”  Jawab Thalia dengan tenang, sepertinya aku curiga ada yang disembunyikan dari diri Thalia.
“Jika demam, mengapa kok sering banget sih?? Engga Mau cerita ya?” Tanyaku dengan sanga meyakinkan atas kecurigaanku.
“Ya, mungkin aku sedikit kelelahan sehingga akhirnya aku sering demam” Jawab Thalia yang juga meyakinkanku.
“Apa kamu Yakin??” Tanyaku, yang memang masih penasaran
“Ya.. Aku sangat yakin, kamu gak usah khawatir, aku tidak apa-apa” Jawab Thalia yang selalu memberikan senyuman manisnya.
“Yah sudah aku percaya kamu Thalia yang kuat, syukurlah kalau kamu tidak apa-apa, sebaiknya kamu istirahat saja jangan dulu baca buku, itu membuat otak kamu berfikir, kamu harus  bener-bener istirahat, supaya cepat sembuh dan sekolah lagi” Ujarku sambil membereskan buku-buku yang sedang dibaca thalia.
“Iya syang... makasih atas waktunya, udah mau jenguk aku” Sahut Thalia.
“Iya sama-sama, cepat sembuh ya, oke aku pulang,, istirahat yang cukup beb” Bisiku sambil mencium kening Thalia.
Aku segera bergegas pulang dengan hati yang lumayan tenang atas keadaan Thalia yang mungkin memang tidak apa-apa, setelah sampai rumah, tidak biasanya ada ayahku dirumah, setelah aku memberi salam kepada ayahku, beliau menyuruh aku, kakaku, dan ibu untuk berkumpul, sepertinya ada sesuatu yang serius yang akan dibicarakan.
“Begini, ayah sengaja mengumpulkan kalian disini ada sesuatu yang akan ayah bicarakan dan rundingkan.. Begini, ayah ada rekan untuk kerjasama di Paris, minggu depan, dan sepertinya ayah akan lama disana soalnya ini bisnis jangka panjang, dan bisa jadi ayah tidak mungkin bulak-balik setiap hari antara Jakarta-Paris, nah, inti dari pembicaraan ini, ayah ingin mengajak kalian untuk menetap disana, karena bisnis ayah sudah yakin dan pasti, bagaimana menurut kalian?” Tanya ayaku.
“Wah di Paris? Bneran ayah? Wah Oke, aku mau yah tinggal disana” Gegas Mbak Aurel yang sepertinya senang sekali setelah mendaptkan kanar seperti itu.
“Kalau ibu sih gimana kalian, ibu pasti ikut, kalau menurutmu bagaimana Adrian” Jawab ibu dengan senyum yang betnadakan setuju.
“Adrian sudah nyaman disini bu” Jawabku dengan sedikit nada kecewa, karena aku tidak mungkin meninggalkan Thalia yang terbaring sakit.
“Tapi, kita semua sudah sepakat untuk pindah !!” Sahut Ayahku.
“Beri adrian waktu untuk berfikir yah” Jawabku sambil pergi meninggalkan semua yang sedang berkumpul.
*Suasana makan malam*
Semua sudah berkumpul di ruang makan, mengingat peristiwa yang tadi, sepeertinya selera makanku hilang begitu saja.
“Bagaimana Adri? Sudah difikirkan baik-baik?” Tanya Ibu sambil memberikan nasi dan piringnya kepadaku.
“Ntahlah bu, sepertinya adri ingin disini saja” Jawabku simpel.
“Jika kamu menetap disini, bersama siapa? Sedangkan kami Lusa akan langsung berngkat” Jawab ibu.
“Adri bisa jaga diri sendiri kok” Jawabku.
“Bagaimana kalo Tante Dian saja yang suruh menetap disini saja Bu bersama Adri, soalnya kan tante Dian hidupnya sendiri di bandung” Tegas Mbak Aurel.
“Ya.. Ayah setuju, kalau memang Adrian gak mau ikut, Ayah bisa suruh tante Dian untuk menetap disini bersama kamu, bagaimana?” Tanya ayah. Akupun mengganggukan kepalaku, yang betanda setuju.
*Hari itupun tiba*
Hari ini aku berniat tidak masuk sekolah dulu, karena akan ke Bandara mengantarkan keluargaku untuk pindah ke Paris, aku ditemani tante Dian, yang nanti akan menemaniku hidup selama di Jakarta. Setelah Menuju Boarding Pass, aku segera berpamitan kepada kedua orang tuaku.
“Jaga dirimu baik-baik ya, jika kamu ingin bersama kami, susul lah kami ke Paris, kami akan selalu menunggu kedatanganmu, agar kita bisa berkumpul kembali” Ujar Ibu yang sepertinya tidak tega meninggalkan aku.
“Iya, bu Adri baik-baik aja kok” Jawabku sambil mencium tangan ibu, ayah, dan mbak Aurel.
Kamipun segera berpamitan.
            8 Haripun Berlalu, sudah 8 Hari ini Thalia tidak masuk sekolah, mengapa demamnya begitu lama, setelah aku temui 3 hari yang lalu, dia sedang tidur, sehingga aku tidak berani membangunkan dia yang memang waktu itu aku perintahkan untuk istirahat total, fikiranku mulai kacau saat itu, sekolahpun tidak fokus seperti biasanya, fikiranku hanya tertuju dengan keadan Thalia yang sepertinya memburuk, setelah pulang  sekolah aku bergegas untuk menuju rumah Thalia, untuk memastikan sesuatu tidak terjadi, sesampai disana, seperti biasanya sangat sepi anjing yang biasanya ada 2 kini tinggal 1 Karena mati. Setlah aku tanyakan kepada pembantu rumahnya Thalia, dia memberitahu aku kalau Thalia sedang di Rawat di Rumah Sakit, hatiku sempat tercengang, dan akupun segera meminta alamat rumah sakitnya, setelah mendapatkan alamatnya, aku segera bergegas menuju rumah sakit tersebut, sesampai disana, tampak kulihat bunda Thalia yang sedang menangis di bahu seorang Pria, mungkin itu ayahnya Thalia. Aku segera menghampiri mereka dan memberi salam kepada orang tua nya Thalia, setelah aku tahu kalau thalia sedang berada di ICU, aku sempat tersentak, dan fikiranku mulai kacau tak karuan, aku enggan menanyakan penyakit apa yang diderita Thalia kepada orang tua nya, karena aku percaya Thalia tidak apa-apa, dan aku percaya dia gadis kuat.
*Hari ke 10
Tidak ada perkembangan apa-apa mengenai kondisi Thalia saat ini, aku hanya bisa berdoa kepada tuhan, agar sesuatu tidak terjadi apa-apa terhadap Thalia, yang aku inginkan sekarang adalah Thalia bisa sembuh seperti biasanya, karena aku rindu, kebaikan dan senyum manisnya, setelah bunda Thalia keluar dari ruang perawatan, aku lihat matanya tampak sembab, ya tuhan perasaanku semakin kacau saat tu, ingin rasanya aku melihat keadaan Thalia sekarang, tapi tim medis tidak membolehkan sembarangan orang untuk masuk kecuali keluarganya, apa yang sedang terjadi kepada Thalia sekarang, aku mohon sembuhkanlah ya tuhan, sembuhkanlah !!
Tampak kulihat bunda Thalia sedang memperhatikan tingkah laku aku yang semakin tidak menentu, dan beliau menghampiriku.
“Adri, tadi bunda sempet dapet pesen dari Thalia,” Ujar Bunda thalia, yang belum menyelesikan perkataanya, mungkin pesan itu mengandung kesedihan sehingga air mata yang keluar dari mata sanga bunda, memotong perkataan yang dititipkan thalia.
“Iya bunda, pesan apa? Ayo Katakan bunda !” Jawabku sambil meyakinkan Thalia tidak apa-apa.
“Tadi, Thalia pesen, Jika sesuatu terjadi kepada dirinya, dia sudah membuat sesuatu untukmu, itu ada di laci meja rias, di kamarnya, kamu bisa ambil jika sesuatu terjadi kepadanya” Air mata yang keluar dari mata bunda nya Thalia, membuat air mataku sedikit menetes, karena tidak percaya dengan apa yang telah di katakan sang bunda.
“Bunda.. Thalia gak apa-apa. Adri percay, dia gadis kuat, dia tidak apa-apa bun, kenapa bunda punya fikiran seperti itu? Thalia tidak apa-pa kan bun? Ya kan?”  Ujarku.
“Ya.. Bunda juga berfikiran seperti itu, tapi entahlah melihat kondisinya yang sekarang, ayah dan bunda Cuma bisa pasrah akan keadaan” Jawab bunda yang perlahan pergi meninggalkan aku.
Ake bergegas melihat keadaan Thalia dari kaca jendela yang tidak begitu tertutup, perlahan air mataku menetes, ingin rasanya aku menemani Thalia saat itu, terlintas perkataan bunda Thalia barusan, aku penasaran dengan sesuatu yang telah Thalia buat untuku, tetapi aku tidak boleh mengambilnya selagi kondisi Thalia tidak apa-apa.


----------------------------- Bersambung ---------------------------------