Sabtu, 13 Juli 2013

Cerpen - Alunan Biola Dan Harapan

Ini adalah sebuah Cerpen ke-2 karya saya yang saya posting di blog ini, mohon maaf apabila ada kesalahan ketika mengeja-penulisan, kesamaan alur cerita, dan apabila terjadi, mungkin ini hanya ketidaksengajaan saja. 


Alunan Biola Dan Harapan

By : Sherlen Putria


“Ibu... Suara apa itu? Sepertinya sangat indah sekali?”


“Oh itu suara biola nak, memang sangat indah apabila kita resapi dengan hati”


“Biola itu seperti apa bu?”


“Biola itu adalah sebuah alat musik yang menyerupai gitar, hanya saja bentuknya lebih kecil, dan cara memainkanya pun digesek”


“Oh.. Jadi dengan digesek bisa menghasilkan suatu bunyi yang sangat nyaring itu ya bu?”


“Iya.. Nak, bukankah sangat indah?”


“Tentu saja bu, bolehkah aku mencobanya?”


Mendengar aku berbicara seperti itu sepertinya ibu heran dengan keinginanku.


Aku adalah seorang gadis yang tuna netra yang berumur 15 tahun, yang mengalami kecacatan fisik sejak lahir. Memang orang fikir kemampuanku terbatas, dan aku tidak bisa melakukan apa-apa, tetapi aku tidak begitu, aku ingin menjadi seperti orang yang normal biasa, meskipun aku tidak tahu bentuk dan warna benda-benda disekelilingku, termasuk sebuah biola yang aku anggap sebuah benda istimewa.


“Kamu yakin nak? Apakah kamu bakalan bisa memainkanya?”


“Aku yakin bu, asalkan ada seseorang yang mengajariku”


Ibu pun langsung memeluk diriku dengan penuh kehangatan.


“Iya.. Besok ibu belikan ya nak”


“Terimakasih ibu, Dania sayang ibu”


**2 Bulan Kemudian**


Setelah ibuku memasukanku kesekolah kursus musik dikota tempatku tinggal, kini aku bisa sedikit memainkan biola dengan tatacara khusus yang telah guruku berikan, aku sangat senang sekali, meskipun teman-temanku tidak ada yang seperti aku atau dalam arti mereka mempunyai kesempurnaan fisik, tapi guruku bilang kemampuanku sama dengan orang-orang normal biasa, hanya saja aku tidak bisa melihat, tetapi aku bisa merasakan dengan hati. Mendengar kata seperti itu, membuatku lebih giat untuk lebih memahami tatacara bermain biola dengan baik.


Alunan suara yang berasal dari sebuah gesekan benang biola bisa sedikit menghilangkan rasa sedihku, dikala aku menyesali diriku sendiri. Tapi aku percaya tuhan itu adil dan tidak membedakan aku dengan orang-orang normal lain.


“Wah.. Saya sangat bangga terhadap Dania, sekarang ia sudah bisa sedikit menghafal notasi-notasi lagu dasar bu” Ucap guruku kepada ibuku.


“Secepat itukah bu?” Tanya ibu, yang memang sedikit heran, atau memang benar-benar heran.


“Tentu saja, Dania itu anak yang cerdas bu, saya akui kemampuanya sama seperti anak-anak normal seperti biasa” Jawab Bu guru


“Wah.. Syukurlah, terimakasih banyak bu sudah mau mengajarkan Dania bermain biola” Sahut ibuku, sambil sedikit memeluku, yang berarti bangga terhadapku.


“Sama-sama bu, karena memang itulahkewajiban saya sebagai guru” Jawab bu guru dengan senyuman ikhlasnya.


“Yasudah kalau begitu, saya pamit pulang dulu bu,  permisi” Ucap ibuku kepada guruku. Akupun segera memberikan salam kkepada guruku, pertanda akan segera pamit untuk pergi.


“Hati-hati ya nak” Sahut guruku, sambil mengelus-elus kepalaku.


“Ya bu.. Dania pamit pulang dulu ya” Jawabku.


Akupun segera bergegas pergi meninggalkan tempat lesku. Seperti biasa, setiap pulang les, aku slalu membantu ibuku di kedai bunga miliknya, ya.. Ibuku seorang Florist yang pandai merangkai bunga, dengan itu aku bisa tau jenis-jenis bunga, meskipun aku tidak bisa melihat, aku bisa merasakan dan mencium semerbak harum ciri khas bunga tersebut, seperti Mawar, dan bunga melati yang aku suka.


Sesampai di kedai bunga milik ibu, aku disuruh istirahat sejenak di tempat biasa aku istirahat dekat meja tempat ibu merangkai bunga-bunga pesanan pelanggan. Setelah ibu meninggalkan diriku, tampaknya aku sedikit lelah, dan akupun segera beristirahat selama beberapa menit.


Setelah 15 menit kemudian, tiba-tiba ada aku rasakan ada orang yang duduk disebelahku.


“Hai..” Sahut orang tersebut.


Entah disebelah kanan atau kiri orang itu berada tapi yang aku rasakan orang itu ada disebelah kananku.


“Hai juga” jawabku dengan senyuman, tiba-tiba orang tersebut menepuk bahuku, bahwa orang tersebut ada disebelah kiriku, dan aku telah membelakanginya. Akupun segera membalikan badanku.


“Kenalin aku Andre, kamu siapa?” Tanya orang itu yang ternyata bernama andre.


“Aku Dania” Jawabku. Ada hal aneh yang aku rasakan, ternyata andre mengulurkan tanganya, tetapi tidak aku terima uluran tanganya, maklum aku tidak bisa melihat, dan tak lama kemudian Andre pun menempelkan tanganya ketanganku, bertanda kita berdua telah saling kenal. Mungkin Andre curiga kalo aku cacat, tapi dia tidak kuasa untuk berbicara itu kepadaku, karena takut aku tersinggung.


“Andre sedang apa disini?” Tanyaku.


“Aku sedang mengantar ibuku, untuk membeli rangkaian bunga disini, karena ini toko bunga favorit ibuku, hampir setiap hari aku kesini mengantar ibuku untuk membeli bunga-bunga ibumu” Jawab Andre, sepertinya andre ini orangnya sangat ramah dan baik hati.


“Wah ada biola.. Kamu suka main biola ya?” Tanya Andre, sepertinya sambil mengambil biola disisiku.


“Iya Andre, aku ingin menjadi Violis terkenal dengan keterbatasanku ini”  Jawabku dengan seribu senyuman semangat.


“Kamu pasti bisa kok.. Aku yakin, oyaa maukan jadi temanku?” Ajak Andre.


“Sebelumnya, aku sangat ingin menjadi temanmu, tapi apakah kamu tidak malu mempunyai teman cacat sepertiku? Aku ini tidak bisa melihat” Jawabku dengan sedikit hati minder.


“Tak apalah.. Aku mencari teman tidak memandang fisik orang tersebut kok, jadi bagaimana? Maukan temenan sama aku?” Ujar Andre. Akupun membalas dengan anggukan pertanda setuju dan senyuman termanis yang ibu katakan kepadaku.


Setelah lama mengobrol, aku dengar seorang wanita memanggil Andre, mungkin wanita itu adalah ibunya andre yang setiap hari berlangganan bunga ke kedai bunga ibuku. Wanita itu menyuruhnya untuk pulang.


“Dania.. Aku pulang dulu ya, besok aku pasti kembali lagi kesini untuk mengantar ibuku” Ujar andre yang ternyata akan pamit pergi untuk pulang.


“Iya andre, terimakasih udah mau jadi teman aku” Jawabku.


“It’s ok, bye dania.. Semangat main biolanya ya” Sahut Andre.


                2 tahun aku berteman dengan Andre, hingga kini usiaku genap menjadi seorang gadis kecil yang tumbuh menjadi seorang gadis dewasa yang berumur 17 tahun, Hanya Andre yang aku rasa  seorang teman yang memang benar-benar tulus berteman denganku tanpa memandang fisik seseorang, Andre yang baik hati, Andre yang memang melindungiku, aku ingat waktu bermain bersama denganya, ada sekumpulan anak yang mengejeku dengan panggilan “Gadis Buta” ,Sungguh sakit hatiku saat itu, tapi Andre mencoba menenangkanku, dan memarahi anak-anak yang mengejeku. Itulah alasan aku nyaman bersama Andre setiap waktu. Hingga tersiar kabar beberapa bulan yang lalu, bahwa Andre akan melanjutkan Study nya di Negeri kangguru di sebuah Universitas ternama disana, aku akan merasa sangat kehilangan. Dan ternyata kabar itu benar adanya, pagi itu Andre datang ke toko bunga ibuku,bahwa dia akan pamit untuk pergi belajar di Australia, sebelum berangakat dia memberiku setangkai mawar segar yang selalu aku cium setiap pagi, dikala embun mulai turun. Mawar itu akan selalu aku simpan, untuk dan demi sahabat sepanjang masaku, sahabat terbaik yang pernah aku temui.


Seketika itu aku ingat kata-kata “Semangat ya main biolanya.. Supaya impianmu tercapai, aku ingin ketika nanti aku pulang, kamu udah sukses Dania, semangat ya


Kata-kata itu benar-benar memotivasiku untuk benar-benar mengejar mimpiku saat itu juga, aku segera belajar dan belajar untuk melatih dan menghafal notasi-notasi laguku. Memang permainan biolaku sekarang lebih meningkat setelah 2 Tahun belajar. Tetapi untuk menuju kesempurnaan aku masih harus banyak-banyak belajar, dan berlatih. Disamping itu guru musikku, bu Rita selalu bersedia untuk melatihku kapan saja, dan bagiku kata lelah sudah biasa, asalkan berbuah manis nantinya. Setelah menyadari kemampuan bermain biolaku di umur 18 tahun ini mulai meningkat pesat, ibuku menyarankanku untuk mengikuti sebuah event musik yang diselenggarakan disebuah Mall di kotaku, awalnya aku tidak mau, karena aku menyadari fisiku yang memang tidak seperti orang lain, yang memang sempurna, tetapi ibu tidak patah semangat untuk memberiku support yang lebih, dan terus memotivasiku untuk maju, dan pada akhirnya setelah beberapa kali dibujuk, akupun menyetujui saran ibu untuk mengikuti event tersebut.


                Acara itupun segera berlangsung, setelah namaku dipanggil, aku dengar teriakan ibuku yang memberikan semangat untuku, seketika itu aku menjadi teringat dengan alm.mendiang Ayahku yang telah lama meninggal dunia karena penyakit serangan jantung mendadak, seandainya ayah disini skarang, pasti suara ayah akan paling keras untuk mendukungku, tapi aku percaya ayah melihat dan mendoakanku sekarang, aku persembahkan alunan lagu ini untuk ayah dan ibuku tercinta juga untuk Andre sahabatku sepanjang masa, perlahan aku menggesekan benang-benang biolaku dengan penuh perasaan sehingga menciptakan alunan-alunan nada yang indah seperti aku mendengar alunan nada biolaku ketika 3 tahun yang lalu, alunan musik yang tercipta dari gesekan biolaku, membuat audien menjadi hening, ntah kenapa, aku menjadi heran, tetapi bisikan lembut terngiang ditelingaku.


Teruskan nak.. Ciptakan nada yang indah dengan penuh perasaan


Waktupun selesai, aku segera membungkukan badanku, pertanda penghormatan kepada audience disekelilingku, haruan tepuk tangan terdengar jelas ditelingaku, membuatku tersenyum lebar. Setelah itu seorang tampak membantuku untuk turun daripanggung, sepertinya itu masih panitia penyelenggara acara tersebut.


Beberapa jam kemudian, setelah semua peserta menampilkan kebolehanya dibidang musik, kini saatnya waktu yang ditunggu-tunggu tiba yakni pengumuman juaranya, aku sih sudah pesimis dan merasa tidak ada harapan untuk menjadi seorang juara, karena aku fikir aku tidak bisa apa-apa dengan keterbatasanku ini.


“Bu.. Kalau Dania tidak menjadi juara, Dania mohon ibu jangan marah ya, Karena Dania fikir tidak harapan untuk menjadi juara” Ujarku dengan nada menyerah. Ibuku memeluku dengan penuh kasih sayang yang aku rasakan.


“Nak menang kalah itu hal biasa, ibu melihat kamu sudah berani tampil saja itu sudah lebih menjadi seorang juara dihati ibu, kebanggaan ibu terletak pada kemauan mu yang memang telah berlatih keras untuk mewujudkan impianmu meskipun dengan keterbatasanmu, sekarang kita serahkan saja semuanya kepada tuhan ya nak !!” Jawaban ibu membuat hatiku sadar, akan betapa bangganya ibu terhadapku, tetapi aku rasa ibu akan bangga jika aku membawa piala itu kerumah. Tapi yasudahlah mungkin itu hanya mimpi.


Terdengar suara MC acara event tersebut untuk segera mengumumkan pemenangnya, sepertinya seluruh audience ikut merasakan tegang, karena seluruh peserta bermain sampai titik maksimalnya, bahkan aku rasa, tidak ada yang gagal seorangpun.


“Ya Para hadirin yang berbahagia, sekarang kita telah sampai di puncak acara yang ditunggu-tunggu, yakni pengumuman para juara, sulit saya akui, sebenarnya semua peserta wajib diacungi jempol, karena memang semua peserta Is The Best ya,. Hmmm Mari kita liat siapa juara ke 3 yaitu juara terendah,.. Juara Terendah diraih oleh...  Adinda Gabriella Sandy dari SMA 49 Jakarta, kepadanya kami persilahkan untuk naik keatas panggung” Setelah MC mengumumkan juara ke 3 nya terdengar haru biru suara audience yang ikut meramaikan dan memeriahkan acara tersebut.


“Dan juara ke 2 jatuh pada.... Ananda Fauzi Mahesa dari SMKN 236 Jaksel, kepadanya kami persilahkan untuk naik keatas panggung” Suara MC itu terdengar jelas ditelingaku, mengapa ditengah aluan tepuk tangan para audience, aku merasakan nervous yang sangat luar biasa, hingga tanganku mengeluarkan keringat, ya tuhan ada apa ini.


“Dan inilah Juara terbaik Event Musik tahun 2013 ini adalah.. Diraih oleh... “ rasanya begitu lama MC itu mengumumkan juara pertamanya, tetapi ada apa denganku, debaran jantungku rasanya tidak menentu, dan kepalaku sedikit pusing. Ya tuhan lindungilah aku.


“Diraih oleh Ananda Dewi Dania Puti, kepadanya kami persilahkan naik keatas panggung untuk menerima hadiah yang telah kami sediakan”


“Ibu.. Dania menang bu !!” Akupun memeluk ibu dengan erat, dan sedikit air mata menetes.


“Selamat ya Nak” Ibu mencium keningku dengan air mata yang keluar dari mata indahnya, ibu membantuku untuk naik keatas panggung untuk menerima piala penghargaan yang aku impikan itu, kini aku telah membuat Ibu bangga, Aku menang !! Ayah terimakasih untuk doa’mu di alam sana, dan Andre... Aku persembahkan piala ini untukmu yang telah membangun puing-puing mimpi masa depanku.


**** 2 Tahun kemudian****


                Genap 20 tahun umurku sekarang, disinilah awal perjalanan karirku berlangsung, setelah menjadi juara pertama di Event Musik Tahunan itu, banyak sekali tawaran untuk mengisi acara-acara bergengsi di jagat pertelevisian nasional, mungkin event musik tersebut banyak dilirik oleh musisi-musisi terkenal ditanah air, untuk melahirkan seorang musician yang handal. Begitupun aku, telah ditawari naungan dibawah management musik orchestra terkenal sejagat nasional, ya tuhan terimakasih atas Anugerah yang cukup kau berikan kepada Hamba, dengan itu aku mulai menyadari janji tuhan yang tidak membedakan fisik mahluknya, aku yang memang seorang gadis yang penuh dengan kekuranganku, bisa apa aku tanpa melihat sesuatu yang ada disekelilingku, tapi tuhan memberiku anugerah berupa perasaan yang peka untuk bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi orang normal, dengan berusaha dan dan tak henti berdoa, kini aku bisa mencapai semua mimpiku mejadi seorag violis yang memang handal dikalangan musician sederajat dengaku, tak lepas dari dukungan seorang ibu, kini aku bisa menjadi apa yang ia mau. Termasuk membuatnya bangga.


“Bu.. Lusa Dania ada kontrak sama Management luar negri, kira-kira ibu ngizinin Dania gak, kalau misalkan Dania pergi ke luar Negri untuk benar-benar mengwujudkan mimpi Dania?”


“Tentu saja nak.. Kejarlah mimpi itu, kemanapun jalanya, ibu akan selalu mendukungmu, karena kesuksesanmu adalah kesuksesan ibu juga, berarti ibu tidak gagal mendidikmu hingga menjadi gadis dewasa seperti ini”


“terimakasih ibu,  Dania janji bakalan terus bikin ibu dan Ayah bangga disana, dan juga Andre bu, teman sepanjang masaku”


“Syukurlah nak.. Lanjutkan perjuanganmu, untuk menjadi apa yang kamu mau”


Akupun memeluk ibu dengan erat sekali, rasanya aku akan berpisah lama dengan ibu, meskipun hanya beberapa hari saja nanti aku akan show mengiringi musik orchestra di luar Negri, sungguh ini manjadi sejarah dalam diary kehidupanku.


**  Hari itupun tiba **


                Aku berdiri diatas panggung selalu yang ku impikan, panggung yang aku rasakan sangat megah, ditengah eluan tepuk tangan dan juga semangat. Lengkap dengan dress hitam selutut, dan juga biola putihku, aku siap menghibur jutaan penonton dengan alunan nada-nada dari biolaku dan orchestra ternama yang mengiringiku. Ini kali pertamanya aku mengadakan konser semegah ini, ya tuhan tak henti aku mengucap syukur kepadamu atas semua ini. Aku tidak sendiri  melainkan ditemani teman seorang violis handal juga, tetapi aku tidak tahu siapa. Katanya ini semua dadakan, ya tuhan semoga konser megah ini berjalan denga lancar meskipun ada sedikit hal dengan kata “dadakan”.


Beberapa menit lagi acara akan segera dimulai, sedikit nervous memang, tetapi tuhanku dan ayahku selalu ada disampingku, terutama doa ibu selalu mengiriku, dan semangat Andre yang membuat aku menjadi seperti ini. 


Acarapun dimulai, dengan pembukaan suara Orchestra yang mengiringiku,membuatku sedikit tenang karena aku tidak sendiri, melainkan ditemani rekan-rekanku yang sangat aku sayangi. Perlahan aku menggesekan alat penggesek itu kesetiap helai benang kawat yang ada dalam biolaku, aku resapi nada itu, aku hayati setiap alunanya, sungguh indah musik yang aku ciptakan untuk mengisi konser nan megah ini. Setlah ku berhenti, tanpak terdengar seorang pria yang menyemangatiku dengan penuh semangat, aku heran mengapa dia tahu aku, siapakah dia, ya.. Mungkin dia penggemarku, tapi apa mungkin penggemarku dari Negri lain selain Negri tempatku dilahirkan. Aku hanya bisa tersenyum dan membukukan badanku menuju arah Audience, dan aku segera dibantu menuju kebelakang untuk beristirahat sejenak.


Sungguh lelah aku rasakan saat ini, yang aku inginkan hanyalah istirahat, istirahat, dan istirahat.. Tetapi aku masih terfikiran seorang pria yang memang memanggilku dengan penuh semangat itu, siapakah dia? Entahlah..


“Cape ya?”  Tanya seorang pria yang tidak aku kenali.


“Ya begitulah” Jawabku sambil menggeser arah duduku.


“Dania masih ingat aku?” Tanyanya.


“Maaf.. Siapa ya?”  Tanyaku.


“Dania, masih menyimpan bunga mawar yang aku beri waktu itu?” Tanyanya, pertanyaan sedikit membuat aku berfikir, dan membuat dadaku berdegup kencang.


“Mawar?”  Tanyaku lagi.


“Iya, mawar? Yang aku beli dari toko bunga ibumu, lalu aku berikan kepadamu ketika aku akan pergi” Sahutnya dengan tenang.


“Andre? Mawar itu? Bukankah itu pemberianya?” Tanyaku yang memang gugup seakan tak percaya.


“Ya.. Dania masih ingat aku?” Tanya orang itu yang tak lain adalah Andre teman sepanjang masaku yang takan pernah aku lupakan.


“Tentu saja aku ingat.. Andre, aku rindu kamu. Bagaimana bisa kamu tahu aku ada disini”  ujar hatiku dengan tidak karuan


“Karena tuhan aku ada di sini sekarang, aku sudah janji akan melihatmu ketika kamu sukses, dan ingin melihat kamu,menjadi apa yang kamu inginkan” jawab Andre  dengan  nada bahagia sepertinya.


“karna semangatmu aku seperti ini, karna dukungan dan doa ibu, aku berada disini, dengan jasa guru musiku aku bisa seperti ini juga, terimakasih Andre” tanpa sengaja aku meneteskan air mata ditengah pelukan Sahabat sepanjang masaku, yang tidak perah membayangkan akan bertemu lagi, tetapi tuhan sangat baik kepadaku. Mempertemukanku dengan orang yang memang berati untuk hidupku. Dan dialah bagian dari masa Dapanku, Kini !!



1 komentar:

Anonim mengatakan...

lanjutin buat cerpennya :)

di bukukan kan lebih baik...

Posting Komentar