Jumat, 19 April 2013

Tjiandjoer Tempoe Doeloe (Cianjur Tempo Dulu)

Hai kawan !! Apa kabar kalian??
Buat kali ini aku bakalan share artikel tentang pengetahuan sejarah, yaitu keadaan suatu kota yang terkenal dengan beras "Pandan Wangi" nya ini..Yakni kota Cianjur, yaitu salah satu kota di daerah Jawa Barat yang menjadi kota idaman, dan kota kelahiranku.. Bagaimana sih keadaan kota Cianjur tempo dulu..
Selamat baca kawan =D



Boepati Tjianjoer 1901

Bupati ini pasti seorang ningrat tinggi tapi namanya tidak diketahui siapa. Bupati (dari bahasa Sansekerta: bhûpati, "raja dunia") adalah kepala daerah untuk daerah kabupaten. Beliau pakai topi “kuluk” yang merupakan tanda pejabat tinggi. Sebagai seorang keturunan raja beliau pakai sarung dengan motif parang. Di dalam sarung beliau pakai celana berbahan sutra khas Gujarat (India) yang sangat mahal. Sepatunya gaya arab merupakan tanda agama Islam. Kancingnya tidak bisa tutup karena si bupati terlalu gemuk. Rombongannya terdiri dari tiga pria remaja pembawa senjata. Bupati ini pasti seorang ningrat tinggi tapi namanya tidak diketahui siapa. Bupati (dari bahasa Sansekerta: bhûpati, "raja dunia") adalah kepala daerah untuk daerah kabupaten. Beliau pakai topi “kuluk” yang merupakan tanda pejabat tinggi. Sebagai seorang keturunan raja beliau pakai sarung dengan motif parang. Di dalam sarung beliau pakai celana berbahan sutra khas Gujarat (India) yang sangat mahal. Sepatunya gaya arab merupakan tanda agama Islam. Kancingnya tidak bisa tutup karena si bupati terlalu gemuk. Rombongannya terdiri dari tiga pria remaja pembawa senjata. 

Boepati Tjianjoer 1901
Pangeran Raden Adipati Aria Prawiradiredja II memerintah Kebupaten
Cianjur pada jaman 1861-1910. Istrinya Raden Ayu mempunyai rasa seni yang amat peka. Beliau mengerjakan seni batik dan seni tenun dengan sangat tekun. RAAP II punya 5 anak perempuan dan 1 laki-laki. Putra tersebut yang duduk paling kanan bernama Pangeran Aria Adipati Wiranatakusumah. Beliau menjadi bupati Cianjur pada jaman 1912-1920. Waktu foto ini dibuat, putri kesayangannya yang berdiri di belakang meja kanan baru menikah dengan cowok yang berdiri di sebelahnya. Menantu lain berdiri di belakang meja kiri.

Keluarga Sunda 1914

Kartupos diterbitkan oleh Tio Tek Hong ini dalam bahasa Belanda berjudul: “Groet uit de Preanger (Java) Soendaneesch huisgezin”. Bahasa Indonesianya: “Salam dari Priangan (Jawa) Keluarga Sunda”. Kartupos diambil dari foto yang dibuat di studio. Semuanya berpose untuk fotografer secara simetris. Potret memperlihatkan seorang ibu dengan 4 orang anaknya yaitu: 1 putra dan 3 putri. Selain itu juga terlihat seorang adik perempuannya dan seorang menantu laki-laki. Tentu saja keluarga ini adalah keluarga berada tetapi sayangnya keluarga ini tidak lengkap lagi. Kemungkinan suami dari ibunda tersayang sudah meninggal dunia.

Ibu dari keluarga ini duduk di posisi tengah diatas bangku. Karena kaki dari ibu tersebut tidak cukup panjang untuk menyentuh lantai maka dari itu dibawah kakinya ditaruh bantal. Ibu memakai sarung kebaya dan sepatu. Selain itu dia juga pakai perhiasan seperti gelang dan anting-anting. Di baris depan ada kedua anaknya yang paling muda. Si putra yang duduk bersila memakai sarung dan kemeja berkerah tinggi dan 2 kantong dada. Si putri yang duduk di bantal di sebelah kaki ibu memakai sarung kebaya bermotif bunga. Perhiasan yang dipakai dia adalah cincin, dua gelang dan anting-anting. Di baris paling belakang kita dapat melihat putri kedua. Dia memegang kipas dan bunga sebagai penghias rambut. Disebelahnya berdiri menantu laki-laki yang bertelinga kelelawar. Menurut orang Jawa orang yang mempunyai “kuping lowo” panjang umur. Dia memakai ikat kepala, sarung, kemeja berkerah tinggi. Di salah satu dari 2 kantongnya ditaruh hiasan “pochette” yaitu lipatan saputangan gaya Eropa yang mencuat di saku dada. Perutnya agak gendut maka dari itu kancingnya tidak bisa ditutup semua. Mereka semuanya berekspresi serius sekali kecuali si menantu yang lumayan santai. Istrinya adalah putri tertua yang duduk di sebelah kiri ibunya. Putri ini memegang tas tangan yang keren. Kebaya ditutupi dengan bros dan dihiasi dengan bunga. Dia juga pakai hiasan kalung, gelang dan anting-anting

Truk Militer Belanda Terguling di Depan Kantor Kepala Desa Tjiherang Patjet (Ciherang Pacet)


Salah sudut kota Cianjur setelah agresi militer Belanda ke 1 sekitar tahun 1947




Salah satu sudut kota Cianjur / Jalan Raya jaman dulu (mungkin sekarang Jl. Hos. Cokroaminoto/Mangunsarkoro)




Regent/Bupati Tjiandjoer sareng Garwa-na nuju naek kandaraan di payuneun bumi-na (ayeuna Pendopo) Taun 1920-an





Pembangunan Jalan Kereta Api di Cianjur tahun 1879, penjajah Belanda mengawasi rakyat yang sedang bekerja, baik dari atas bukit maupun dari bawah.




Masjid Agung Cianjur sekitar tahun 1880-an / jaman penjajahan Belanda.





Kereta Api sedang dalam perbaikan di Cianjur tahun 1981






Kantor POS Cianjur sekitar tahun 1880-an / jaman penjajahan Belanda.






Jalur menuju puncak,.dari bogor menuju cianjur tahun 1808





Jalur menuju puncak,.dari bogor menuju cianjur tahun 1808






Jalan Sianghay sekitar tahun 1880-an / jaman penjajahan Belanda. (Sekarang Perempatan antara Jl. Siti Jenab - Moch. Ali - Mangunsarkoro)






Istana Cipanas sekitar tahun 1880-an / jaman penjajahan Belanda.






Terminal Muka Tjiandjoer tahun 1974






Maen langlayangan di Cibodas taun 1933






Foto PERKESIT Cianjur saat melakukan pertandingan persahabatan di Lapangan Badak Putih sekitar tahun 1950





Alun Alun Kaum Cianjur sekitar tahun 1880






Tandu (alat transportasi jaman dulu yg pernah ada di Cianjur)







Foto PERKESIT Cianjur saat melakukan pertandingan persahabatan di Lapangan Badak Putih sekitar tahun 1950







Jalan di Cianjur sekitar tahun 1880, foto diambil dari sudut timur Alun-alun ke arah Pasar Bojongmeron (jika sekarang).





Para Pejabat Cianjur Tahun 1956-an, termasuk Para Anggota Dewan hasil Pemilu 1955.






RS Sayang (dulu di daerah Sayang Semper, sekarang Jl. Promoya Cianjur)






Pos Tjisokan (Cisokan) yang berada di Cianjur (sekarang jalan raya Ciranjang) antara tahun 1865 - 1870, pos ini adalah tempat perhentian dan untuk mengganti kuda dengan kuda yang masih segar, Pos-pos seperti ini berada disepanjang jalan setiap jarak 9 Km
 
 
Nah itu dia Cianjur Tempo Dulu, bagaimanakah kawan-kawan yang orang cianjur?? Sangat jauh beda bukan?? Di gambar no 4 itu, skarang sudah penuh dibangun dengan perumahan-perumahan elite yang menghabisi lahan hijau, bahkan daerah-daerah dikaki gunung pun sekarang sudah banyak dibangun sebagai perumahan-perumahan milik orang asing... Yang tetap berjaya di kabupaten cianjur itu yakni "ISTANA CIPANAS" dan "KEBUN RAYA CIBODAS"yang memang tidak ada perubahan sampai sekarang =D

0 komentar:

Posting Komentar