Minggu, 31 Maret 2013

Paris, Tempatku Menemukanya (Cerbung Part 3)

 
Gimana dengan Part 1 dan 2 nya??
Bagi yang belom baca ini ada link nya
Part 1 ==> http://syerlenputria.blogspot.com/2013/03/paris-tempatku-menemukanya-cerbung.html
Part 2 ==>  http://syerlenputria.blogspot.com/2013/03/paris-tempatku-menemukanya-cerbung-part.html
Nah sekarang kita lanjut Ke part 3 nya, Happy reading =D


Tepat pada pukul 22.30 malam, bunda Thalia menyuruh aku untuk beristirahat dan pulang, begitupun tante dian yang sudah menelponi aku untuk segera pulang, tetapi beribu-ribu alasan sehingga tante dian percaya aku sedang di rumah temanku, aku tidak bisa meninggalkan Thalia sebentarpun, agar aku tahu apa yang terjadi kepadanya.
Akupun duduk di kursi depan ruang ICU, dan karena kantuknya aku sampai terlelap tidur, dan bahkan sampai mimpi, didalam mimpi itu aku bertemu dengan ayah dan ibuku di paris, aneh nya kak Aurel sedang mengobrol dengan seorang wanita mirip sekali dengan Thalia, sepertinya mereka sudah akrab sekali, tapi Thalia dimimpi itu kok rambutnya terlihat pendek, dan mungkin sedikit hitam, tetapi wajah dan senyumnya sangat mirip sekali dengan Thalia, setelah aku akan menghampiri kak Aurel, mimpiku pun terbuyarkan karna Bunda yang membangunkanku untuk bertemu dengan Thalia, akupun segera menghampiri Thalia, karena tim medis sudah membolehkan aku untuk masuk, tapi dengan pakaian dan masker tertentu, perlahan aku mendekati Thalia yang sedikit siuman.
“Tha.. Kamu ingat aku?” Tanyaku, yang tak tahan menahan air mataku, tetapi respon Thalia hanya mengangguk dan sedikit tersenyum.
“Aku kangen kamu tha” Ujarku yang memegang tangan Thalia, setelah melihat aku dengan pandangan kosong, perlahan mata thalia mengeluarkan air mata.
“Aku percaya kamu kuat tha, kamu gadis yang paling kuat di dunia ini, kamu pasti sembuh tha” Kataku, yang tak sadar air mata ini sudah membasahi pipiku, thalia memegang erat tanganku, seolah-olah dia tidak ingin aku untuk meninggalkanya, tetapi waktuku sudah habis, tim medis pun menyuruh aku keluar, tetapi tangan Thalia masih erat memgang tanganku.
“Tha.. kamu gak usah takut, aku akan selalu ada buat kamu, aku sayang kamu” Sambil perlahan melepaskan tanganya, dan mencium keningnya. Tak kuasa aku meninggalkan Thalia yang terbaring lemah saat itu, jika harus memilih, lebih baik aku yang terbaring sakit, lebih baik aku saja yang terbaring lemah seperti itu.
*diluar ruangan
15 menit kemudian, aku melihat sepertinya tim medis sibuk sekali tidak biasanya, ya tuhan apa yang terjadi saat itu, ketika melihat bunda Thalia sepertinya sudah tidak ada harapan lagi, ya tuhan apa yang terjadi, tak lama kemudian tim medis yang di dalam ruang ICU tsb menyuruh kami semua untuk masuk, dan ketika aku masuk tak kuasa aku mendekati Thalia yang terbaring lebih lemah, tidak seperti 15 menit yang lalu, mungkin sekarang aku hanya bisa pasrah atas keadaanya Thalia yang semakin memburuk, karena aku tidak tega melihat dia terlalu lama menderita seperti itu, aku hanya bisa melihat Thalia dari jarak kurang lebih 3 meter antara aku dan thalia, 10 menit kemudian, takdir memang terjadi, tepat pada pukul 01.30 Dini hari, thalia meninggalkan aku dan keluarganya untuk selama-lamanya, berjuta air mata keluar dari mataku, sehingga pusing yang aku rasakan, mengapa takdir memisahkan cinta kita, tapi cintaku kepada thalia takan pernah hilang sampai kapanpun.
            Siang itu setelah selesai pemakaman Thalia , aku segera berpamitan kepada orang tua thalia untuk pulang, ketika itu, bunda thalia memberikan sepucuk surat berwarna merah jambu, dan dia menyuruh aku membacanya jika aku ada waktu, akupun segera bergegas pulang, sesampai dirumah Tante dian malah memaki-maki aku karena alasan yang tidak pulang, bahkan sampai tidak masuk sekolah, tetapi aku menceritakan semua kejadian, sehingga air mata tante dian pun aku lihat menetes, segeralah aku menuju kamar, dan mencoba menenangkan diriku. Perlahan aku membuka sepucuk surat tersebut yang isinya adalah “Adrian sayang, apa kabar? Pasti baik kan? Aku juga baik kok, gak usah khawatirin aku, aku baik-baik saja, oiya, sudah menerima surat ini dari bunda? Syukurlah jika sudah ada ditanganmu, aku senang jika kamu membaca surat ini, oya aku Cuma mau bilang, aku sayang kamu, tetapi tidak mungkin aku bisa selalu memilikimu, karena aku tahu kamu pasti mendapatkan yang lain ketika aku sudah bahagia di sana, Adrian sayang, jiwaku akan selalu ada di dunia ini, hanya saja ragaku yang tidak ada, perasaanku akan selalu ada di hati kamu, bahkan di dunia ini ada orang yang bisa menggantikan sosok diriku untukmu, kesedihanku juga akan ada di kesedihan orang tiu, bahkan kebahagiaanku ada di orang itu juga. Berhentilah bersedih, dan usap air matamu, aku akan selalu tersenyum jika kamu tersenyum, mungkin sekian surat dari aku, aku senang sekali karena kamu sudah mau baca surat aku, bye..bye sayang, jaga dirimu baik-baik ya” Setelah membaca surat itu sepertinya ada sedikit semangat untuku, aku akan mengingat isi surat itu baik-baik, meskipun aku tidak tahu pasti apa maksud dari orang itu, setelah aku fikir panjang, sepertinya apalah arti hidup ini jika tidak ada Thalia di Jakarta, mungkin aku berniat untuk menyusul orang tuaku di paris dan sekolah disana, yeah maybe it’s not bad Idea.
Malamnya aku merundingkan hal ini baik-baik dengan tante Dian, dan jika keputusanku sudah bulat, tante dian akan mengurus passport keberangkatanku, kapanku itu, dan aku menginginkan secepatnya, karen tidak tahan dengan masa kini, aku ingin membuka kehidupanku yang baru di Negri seribu cinta.
Setelah aku berbicara baik-baik dengan Tante dan keluargaku di Paris sana, akhirnya lusa bisa langsung berangkat menuju Paris
*lusa pun tiba.
Aku segera menuju bandara, diantar dengan tante Dian yang juga akan mengantarkan aku sampai tujuan, karena dia khawatir denganku, perjalanan menempuh jarak selama 20 Jam dengan transit selama 4 jam di Austria dan di dan Kuala Lumpur, perjalanan yang cukup melelahkan, setelah menempuh jarak yang lumayan lama, sampai pada akhirnya aku menginjakan kakiku pertama di Charles De Gaulle Airport of Paris, perasaan senang dan sedih bercampur di hatiku, karena aku meninggalkan tanah kelahiranku dan meninggalkan jejak cintaku untuk memulai kehidpan baruku di ibukota kota France ini, tampak ku lihat ibu dan kak Aurel melambaikan tanganya dari kejauhan, dan aku segera menghampirinya dengan rasa rindu yang mendalam.
Setelah melepas rindu, aku segera menuju apartemen baruku di jalan saint jacques, betapa indahnya kota yang satu ini, apalagi aku akan menetap disini, tak terbayangkan olehku.
            2 Minggu aku menetap di kota Paris ini, karena tidak ingin aku terlalu lama diam, ibuku segera mendaftarkan aku kesebuah sekolah SMA di dekat apartement dekat rumah aku, ibuku mendaftarkan aku di Frankford High School, karena aku masih kelas 3 SMA, besok aku bisa langsung menempati sekolah baruku, bagaimana bisa aku berinteraksi sedangkan bahasa prancis aku masih dasar, entahlah kita lihat saja nanti, mungkin seiring berjalanya waktu, akupun bisa sendiri.
Esok hari tiba, ka Aurel mengantarkan aku menuju sekolahku, disini sangat berbeda sekali dengan indonesia, di indonesia sangat rapi dengan seragamnya, tapi di paris tidak, semua siswa mengenakan baju bebas, seperti di mahasiswa. Setelah sampai dikelas aku hanya bisa diam karena mereka sangat asing, lebih asing ketika aku pindah disekolah baruku di jakarta dan pertama aku betemu dengan nathalia menanyakan dimana ruang guru, sedangkan disini, aku tidak kenal mereka. Tiba tiba ada seorang anak laki-laki membawa buku menghampiriku.
“bonjour ami, vous êtes un nouvel étudiant ici?” sahut anak laki-laki itu, sepertinya dia tanya kepadaku, apakah aku murid baru di sekolah ini, dengan sigap aku jawab.
“oui, bien sûr, mon nom est Adrian, quel est ton nom? (Ya, tentu saja, nama saya Adrian, siapa namamu?) “ Tanyaku.
“Mon nom est Carlos, viens jouer avec moi (Nama saya Carlos, Ayo bermain denganku)” Ajak Anak laki-laki itu yang tak lain bernama Carlos, sepertinya dia sangat baik juga, akupun segera bermain bersama carlos, dan dia mengenalkan aku kepada teman-teman yang lainya, meskipun sebagian aku menggunakan bahasa inggris, karena bahasa prancisku tidak begitu fasih.
2 Minggu aku sekolah di Frankford High School, sedikitnya aku sudah menemukan banyak teman yang memang eazy going, sampai pada akhirnya hari ini carlos tidak masuk sekolah, mungkin bolos, dan alhasil aku tidak mempunyai teman selain carlos, ada Dave yang memang baik, tapi dia selalu sibuk dengan basketnya, sehingga sering jalan ataupun buat lunch bareng, setelah lunch aku berencana membaca buku di halaman sekolah, tapi mengapa setelah aku pergi ke belakang halaman sekolah sepertinya 80% di taman itu wanita semua, tapi tak apalah, pemandanganya begitu indah denga  padang rumput yang sejuk, sangat terdengar jelas suara wanita-wanita yang sedang bergosip sepertinya, sehingga aku tidak konsen untuk membaca bukuku, dan mengapa tersirat aku kembali mengingat Thalia, cinta sejatiku yang tidak pernah mati, aku merasa sangat terkejut ketika ada seorang waanita yang mengagetkanku.
“Bonjour (Hello) !!”  Sahut wanita tersebut
“Hi” Jawabku sedikit salting karena terkejut.
“dirait que vous êtes nouveau ici? Êtes-vous un asiatique? (sepertinya saya baru melihat anda disini, apakah anda orang asia?) “ Tanya wanita itu yang sepertinya sok kenal.
“oui, bien sûr, mon nom est Adrian, quel est ton nom? (Ya, tentu saja, nama saya Adrian, siapa namamu?) “ Tanyaku.
“My Name is Jacqueline, okay we use the English language to talk, because I was with the French language is less understood, hehe sorry adrian” Jawab wanita itu yang bernama Jacqueline.
“Owh sorry jacqueline because i’m new here” jawabku.
Ketika aku mengalihkan pemandanganku, sepertinya aku melihat Thalia, tidak mungkin, dan sangat tidak mungkin, aku melihat Thalia, ya Thalia sedang mengobrol dengan wanita-wanita bule di bawah pohon, ya benar itu Thalia !!!, karena ingin meyakini aku menghampiri Thalia yang sedang mengobrol dengan wanita-wanita bule itu.
“Hey Adrian, Where are you going??” Teriak Jacqueline, sedikit mengacuhkan pertanyakan jacqueline, sepertinya benar itu thalia, setelah aku mendekati orang itu. Aku mencoba duduk di sebelah bangku yang di duduki thalia dan teman-temanya, ya tuhan ini seperti mimpi saja, aku bertemu dengan Thalia yg sudah pergi untuk selama-lamanya, tanpak jelas kudengar Thalia menggunakan bahasa Prancis dengan Fasih, sejak kapan Thalia bisa bhasa Prancis, mengapa dia tidak pernah bercerita kepadaku, tak henti aku memandangi wajah Thalia yang sedang mengobrol dengan teman-temanya, sehingga salah satu teman Thalia curiga denganku.
“Hé vous! Pourquoi se pencher sur mon visage comme ça, vous freak (hey kamu, mengapa melihat wajah teman saya seperti itu, kau sangat aneh)” Sahut Slah satu temanya Thalia, karena aku tidak mngerti obrolan mereka, maka aku jawab dengan bahasa inggris.
“I’m sorry sist” Jawabku
“Avez-vous les gens asie? (Apakah kamu orang Asia?)” Tanya orang yang memang kembaranya Thalia.

0 komentar:

Posting Komentar