Minggu, 31 Maret 2013

Paris Tempatku Menemukanya (Cerbung)

 

Taraaaaaa..... Ini sih versinya cerbung aja ya (Cerita bersambung), Karena kalo diposting terlalu panjaaaaaaaang banget kayak rel kereta api..
Cerbung ini, adalah narasi pertama aku, yang aku tulis 2 tahun yang lalu, alias waktu aku umur 15 tahun.. Mau pada baca gak?? Gak ada?? Owh yaudah deh..
Tapi setelah aku fikir, sekarang ada sinetron yang menurut aku ceritanya hampir sama kayak cerbung aku ini, tapi bneran ini hanyalah kebetulan saja, karena aku buat ini waktu tahun 2011 loh !!dan maaf apabila ada tulisan yang salah ejaan atau dsb =D
Penasaran gak ceritanya?? Oke deh, check it Outt   



PARIS TEMPATKU MENEMUKANMU

Semua mata tertuju padaku ketika aku berjalan sepanjang koridor sekolah, entah mengapa, aku merasakan keasingan disebuah sekolah baruku, ya mengapa tidak, aku belum mengenal seorangpun disekolah baruku ini. 1 minggu yang lalu, aku baru saja pindah dari bandung ke jakarta karena tuntutan bisnis ayahku yang menuntut untuk tinggal ditempat bisnisnya, ya mau tidak mau aku harus mengikuti apa yang disuruh oleh keluargaku.
Perkenalkan namaku Adrian, panggil saja Adri, aku adalah murid kelas 2 SMA, dan umurku 16 Tahun, tinggi badanku 170cm dan berat badanku 60 kg. 
            Mata-mata itu tak henti tertuju padaku sampai-sampai aku hampir salah tingkah dan tak tahu apa yang harus dilakukan saat itu, aku melihat seorang wanita yang sedang membaca buku di sebuah bangku di kanan koridor, aku berniat untuk bertanya  dimana ruangan guru kepada dia, karena aku rasa hanya mata dia yang tidak tertuju padaku.
“Permisi mbak... Anda tahu dimana ruangan guru” Tanyaku dengan sedikit gugup
“Dari sini lurus, trus belok kanan, depan ruangan osis, ada bacaan ruangan guru” Jawab seorang wanita itu dengan senyum manisnya.
“Oh iya, terimakasih mbak, kalo begitu saya permisi” Jawabku sambil pergi meninggalkan seorang wanita tersebut. Setelah diberitahu oleh wanita tersebut dimana ruangan guru, akupun segera bergegas menuju ruangan tersebut dan bertujuan menanyakan kelas mana yang nanti akan menjadi tempatku, karena sekolah ini terlalu besar dan begitu banyak ruangan sehingga aku tidak tahu mana letak kelas yang nanti akan aku tempati, dan setelah sampai diruangan guru, saya bergegas menemui pak Brata, yaitu guru yang menerimaku disekolah baru ini, dan alhasil aku ditempatkan di kelas XI c, seketika bel berbunyi, pak Brata mengantarkan aku ke kelas baruku.
*Sesampai Dikelas*
Pak Brata menyuruh aku untuk masuk terlebih dahulu, dan tampak aku lihat ada seorang guru perempuan yang cantik yang sedang mengajar dikelas tersebut, setelah aku masuk,
aku dipersilahkan untuk memperkenalkan diriku terlelbih dahulu sebeblum aku duduk dibangku baruku. “Perkenalkan teman-teman nama saya Adrian Natawijaya Nugraha, kalian cukup panggil saya Adri aja, saya pindahan dari SMA Pasundan 3 Bandung, terimakasih”, setelah itu aku dipersilahkan untuk duduk dibangku yang memang mungkin telah disediakan untukku. Bu Nuri yang memang sedang mengajar di kelasku segera melanjutkan materinya, satu jam pelajaran berlalu, aku tidak memahami isi materi yang barusan bu Nuri jelaskan, aku kebingungan karena tidak ada seorangpun yang tidak aku kenal disekolah ini, sepertinya aku pernah melihat wanita itu sebelumnya, oiya dia adalah wanita yang tadi pagi aku tanya dimana ruangan guru, ternyata dia sekelas dengaku, aku mencoba menghampiri dia yang memang sedang sendiri memainkan handphonenya.
“Hai mbak.. Masih Ingat aku??” Tanyaku.
“Heii.. Sepertinya kamu yang tadi pagi menanyakan ruangan guru kan?? Oh namamu Adrian ya, kenalin nama aku Natalia panggil aku thalia saja” Jawab seorang wanita itu yang mengulurkan tanganya.
“Adrian, salam kenal thalia” Balasku.
            5 Bulanpun berlalu. Rasanya aku mulai menemukan kenyamanan bersama teman baruku yaitu Thalia, Thalia gadis yang sangat baik menurutku, dia juga cantik mirip salah satu bintang film korea, dia mempunyai hobbi yang sama denganku, yaitu baca buku, kami sering menghabiskan waktu di perpustakaan untuk membaca buku-buku, dan sayangnya Thalia jarang masuk sekolah karena dia sering sakit, meskipun dia jarang masuk sekolah karena sakit tapi dia cerdas, dia sering juara kelas dan menjadi murid terfavorit, wah hebat ya. Karena terlalu sering bersama, mungkin aku merasakan sesuatu yang beda kepada thalia, setelah aku tahu dia tidak mempunyai seorang kekasih rasanya hatiku diberi banyak pelung untuk memiliki Thalia yang baik itu, mungkin rasa sayang kepada Thalia sekarang tidak sekedar kepada teman, tetapi juga kepada kekasih.
            Malam ini tepat pada malam minggu, aku berniat untuk mengunjungi rumah Thalia meskipun aku sendiri tidak mengetahui alamatnya, aku mencoba menanyakan kepada teman sekelasku yang tahu alamat rumahnya Thalia, sampai pada akhirnya aku mendapatkan alamatnya. Malam itu aku mencoba memberanikan datang kerumah Thalia.
untuk yang pertama kalinya, ketika aku mengetuk pintu, orang yang pertama membuka pintu adalah seorang ibu-ibu, mungkin itu ibunya Thalia, setelah aku bertanya keberadaan Thalia, ibu-ibu itu menyuruh aku untuk masuk terlebih dahulu, dan mempersilahkan untuk duduk.
“Tha... Thalia, ada temenmu nih dateng” Panggil ibu-ibu itu.
“Iya bunda.. Sebentar !!” Jawab Thalia kejauhan,. Tak lama kemudian Thalia datang dengan memakai Piyama tidur, dan sepertinya dia akan tidur.
“Hah, Adri, kok bisa ada disini??” Tanya Thalia yang mungkin sedikit heran dengan keberadaanku sekarang.
“Iya Tha, aku tadi sore nanya ke Febby alamat rumah kamu, eh akhirnya dapet deh, hehe maaf ya gak bilang-bilang” Jawabku.
“Iya gak apa kok dri, oia By The Way, ada apa tumben maen kerumah aku malem-malem gini?” Tanya Thalia spontan.
“Mau ngajak kamu jalan” Jawabku.
“Hah?? Jalan?? Tapi..” Sahut Thalia dengan sedikit mengecewakan.
“Kalau tidak mau, ya gak apa-apa kok, sepertinya kamu juga mau tidur ya?? Jam segini udah pake baju tidur” Jawabku dengan memotong pembicaraan.
“Engga kok Dri, engga, sebentar ya aku minta izin bunda dulu”  Jwab Thalia sambil pergi, tak lama kemudian Thalia kembali lagi dengan pakaian rapi, dia menggenakan blue jeans, dan baju sweater berwarna pastel, “Bunda.. Thalia Izin keluar dulu ya” Seditkit berteriak karena bundanya Thalia berada di Dapur, “Yuk Dri,” Ajak Thalia.
Kamipun pergi kesebuah rumah makan di dekat rumah Thalia, karena Thalia tidak ingin jauh dari rumahnya, sesampai di rumah makan tersebut, kami segera memsan makanan, dan aku berniat untuk menyatakan cintaku kepada thalia, mudah-mudahan aku tidak kecewa dengen harapanku kepada Thalia.
“Tha..??” Bisiku secara perlahan.
“Iya, Dri kenapa?” Jawan Thalia.
“Tha.. Aku suka kamu, kamu mau kan jadi pacar aku??” Ucapku dengan sedikit gugup dan sambil memegang tangan Thalia, setelah aku melihat respon Thalia, dia tersenyum entah menandakan apa, suka atau tidaknya, mau atau tidaknya, karena Thalia tidak luput dari senyuman.
“Hmm,,.. Ia Dri, aku mau” Jawab Thalia dengan eyesmile yang manisnya itu.
Perasaanku tidak karuan, antara senang, dan bahagia semua tercampur menjaadi satu.
            4 Bulan berlalu. Aku sangat mencintai Thalia, dan yang aku rasakan Thaliapun begitu, aku tidak ingin kehilangan Thalia, karena dia lah semangat hidupku., tapi sudah 3 hari ini Thalia sakit dan tidak masuk sekolah, aku mencoba menghubungi nomornya tidak aktif, dan pulang skolah siang ini aku berniat untuk menjenguk Thalia di rumahnya.
Setelah sampai dirumah Thalia, tampak sepi hanya 1 orang pembantu yang sedang memotong rumput didepan rumahnya, dan ada 2 ekor anjing lucu yang berkeliaran di depan rumahnya, Setelah itu aku dipersilahkan masuk oleh pembantunya, sepertinya pembantunya tahu, aku mencari Thalia, aku disuruh masuk kamarnya saja, tampak aku lihat pintu kamarnya terbuka, akupun melihat Thalia yang sedang tidur dan membaca buku, dan akupun hampiri Thalia secara perlahan.
“Tha..?” Sahutku dengan perlahan, karena takut membuat Thalia terkejut.
“Adri?? Kamu itu aneh, selalu ada tia-tiba didepanku” Jawab Thalia.
“Maaf Tha, kamu sakit kok gak bilang-bilang sih?? Nomor kamu juga kok gak aktif sih?” tanyaku
“Maaf dri, aku takut bikin kamu khawatir, dan hp aku gak tau dimana, aku lupa nyimpen” jawab Thalia.
“Malahan aku akan lebih khawatir kalo kamu enggak ngasih kabar sama sekali ke aku, kamu sakit apa sih tha?” Tanyaku, sambil memegang tangan Thalia.

---------------------- Bersambung------------------------------------------

0 komentar:

Posting Komentar