Oke setelah kita baca part 1 sekarang waktunya ke Part 2..
Buat kawan semua yang blom tau Part satunya bisa dilihat juga disini ==> http://syerlenputria.blogspot.com/2013/03/paris-tempatku-menemukanya-cerbung.htmlNah kita lanjut ya =D
“Aku...
Aku.. Aku.. Aku gak sakit apa-apa kok, Cuma sedikit demam saja, kamu gak usah
khawatir, aku engak apa-apa kok” Jawab
Thalia dengan tenang, sepertinya aku curiga ada yang disembunyikan dari diri
Thalia.
“Jika
demam, mengapa kok sering banget sih?? Engga Mau cerita ya?” Tanyaku dengan
sanga meyakinkan atas kecurigaanku.
“Ya,
mungkin aku sedikit kelelahan sehingga akhirnya aku sering demam” Jawab Thalia
yang juga meyakinkanku.
“Apa
kamu Yakin??” Tanyaku, yang memang masih penasaran
“Ya..
Aku sangat yakin, kamu gak usah khawatir, aku tidak apa-apa” Jawab Thalia yang
selalu memberikan senyuman manisnya.
“Yah
sudah aku percaya kamu Thalia yang kuat, syukurlah kalau kamu tidak apa-apa,
sebaiknya kamu istirahat saja jangan dulu baca buku, itu membuat otak kamu
berfikir, kamu harus bener-bener
istirahat, supaya cepat sembuh dan sekolah lagi” Ujarku sambil membereskan
buku-buku yang sedang dibaca thalia.
“Iya
syang... makasih atas waktunya, udah mau jenguk aku” Sahut Thalia.
“Iya
sama-sama, cepat sembuh ya, oke aku pulang,, istirahat yang cukup beb” Bisiku
sambil mencium kening Thalia.
Aku segera bergegas pulang dengan hati yang
lumayan tenang atas keadaan Thalia yang mungkin memang tidak apa-apa, setelah
sampai rumah, tidak biasanya ada ayahku dirumah, setelah aku memberi salam
kepada ayahku, beliau menyuruh aku, kakaku, dan ibu untuk berkumpul, sepertinya
ada sesuatu yang serius yang akan dibicarakan.
“Begini,
ayah sengaja mengumpulkan kalian disini ada sesuatu yang akan ayah bicarakan
dan rundingkan.. Begini, ayah ada rekan untuk kerjasama di Paris, minggu depan,
dan sepertinya ayah akan lama disana soalnya ini bisnis jangka panjang, dan
bisa jadi ayah tidak mungkin bulak-balik setiap hari antara Jakarta-Paris, nah,
inti dari pembicaraan ini, ayah ingin mengajak kalian untuk menetap disana,
karena bisnis ayah sudah yakin dan pasti, bagaimana menurut kalian?” Tanya
ayaku.
“Wah
di Paris? Bneran ayah? Wah Oke, aku mau yah tinggal disana” Gegas Mbak Aurel
yang sepertinya senang sekali setelah mendaptkan kanar seperti itu.
“Kalau
ibu sih gimana kalian, ibu pasti ikut, kalau menurutmu bagaimana Adrian” Jawab
ibu dengan senyum yang betnadakan setuju.
“Adrian
sudah nyaman disini bu” Jawabku dengan sedikit nada kecewa, karena aku tidak
mungkin meninggalkan Thalia yang terbaring sakit.
“Tapi,
kita semua sudah sepakat untuk pindah !!” Sahut Ayahku.
“Beri
adrian waktu untuk berfikir yah” Jawabku sambil pergi meninggalkan semua yang
sedang berkumpul.
*Suasana
makan malam*
Semua
sudah berkumpul di ruang makan, mengingat peristiwa yang tadi, sepeertinya
selera makanku hilang begitu saja.
“Bagaimana
Adri? Sudah difikirkan baik-baik?” Tanya Ibu sambil memberikan nasi dan
piringnya kepadaku.
“Ntahlah
bu, sepertinya adri ingin disini saja” Jawabku simpel.
“Jika
kamu menetap disini, bersama siapa? Sedangkan kami Lusa akan langsung berngkat”
Jawab ibu.
“Adri
bisa jaga diri sendiri kok” Jawabku.
“Bagaimana
kalo Tante Dian saja yang suruh menetap disini saja Bu bersama Adri, soalnya
kan tante Dian hidupnya sendiri di bandung” Tegas Mbak Aurel.
“Ya..
Ayah setuju, kalau memang Adrian gak mau ikut, Ayah bisa suruh tante Dian untuk
menetap disini bersama kamu, bagaimana?” Tanya ayah. Akupun mengganggukan
kepalaku, yang betanda setuju.
*Hari
itupun tiba*
Hari
ini aku berniat tidak masuk sekolah dulu, karena akan ke Bandara mengantarkan
keluargaku untuk pindah ke Paris, aku ditemani tante Dian, yang nanti akan
menemaniku hidup selama di Jakarta. Setelah Menuju Boarding Pass, aku segera
berpamitan kepada kedua orang tuaku.
“Jaga
dirimu baik-baik ya, jika kamu ingin bersama kami, susul lah kami ke Paris,
kami akan selalu menunggu kedatanganmu, agar kita bisa berkumpul kembali” Ujar
Ibu yang sepertinya tidak tega meninggalkan aku.
“Iya,
bu Adri baik-baik aja kok” Jawabku sambil mencium tangan ibu, ayah, dan mbak
Aurel.
Kamipun
segera berpamitan.
8 Haripun Berlalu, sudah 8 Hari ini
Thalia tidak masuk sekolah, mengapa demamnya begitu lama, setelah aku temui 3
hari yang lalu, dia sedang tidur, sehingga aku tidak berani membangunkan dia
yang memang waktu itu aku perintahkan untuk istirahat total, fikiranku mulai
kacau saat itu, sekolahpun tidak fokus seperti biasanya, fikiranku hanya
tertuju dengan keadan Thalia yang sepertinya memburuk, setelah pulang sekolah aku bergegas untuk menuju rumah
Thalia, untuk memastikan sesuatu tidak terjadi, sesampai disana, seperti
biasanya sangat sepi anjing yang biasanya ada 2 kini tinggal 1 Karena mati.
Setlah aku tanyakan kepada pembantu rumahnya Thalia, dia memberitahu aku kalau
Thalia sedang di Rawat di Rumah Sakit, hatiku sempat tercengang, dan akupun
segera meminta alamat rumah sakitnya, setelah mendapatkan alamatnya, aku segera
bergegas menuju rumah sakit tersebut, sesampai disana, tampak kulihat bunda
Thalia yang sedang menangis di bahu seorang Pria, mungkin itu ayahnya Thalia.
Aku segera menghampiri mereka dan memberi salam kepada orang tua nya Thalia,
setelah aku tahu kalau thalia sedang berada di ICU, aku sempat tersentak, dan
fikiranku mulai kacau tak karuan, aku enggan menanyakan penyakit apa yang
diderita Thalia kepada orang tua nya, karena aku percaya Thalia tidak apa-apa,
dan aku percaya dia gadis kuat.
*Hari
ke 10
Tidak
ada perkembangan apa-apa mengenai kondisi Thalia saat ini, aku hanya bisa
berdoa kepada tuhan, agar sesuatu tidak terjadi apa-apa terhadap Thalia, yang
aku inginkan sekarang adalah Thalia bisa sembuh seperti biasanya, karena aku
rindu, kebaikan dan senyum manisnya, setelah bunda Thalia keluar dari ruang
perawatan, aku lihat matanya tampak sembab, ya tuhan perasaanku semakin kacau
saat tu, ingin rasanya aku melihat keadaan Thalia sekarang, tapi tim medis
tidak membolehkan sembarangan orang untuk masuk kecuali keluarganya, apa yang
sedang terjadi kepada Thalia sekarang, aku mohon sembuhkanlah ya tuhan,
sembuhkanlah !!
Tampak
kulihat bunda Thalia sedang memperhatikan tingkah laku aku yang semakin tidak
menentu, dan beliau menghampiriku.
“Adri,
tadi bunda sempet dapet pesen dari Thalia,” Ujar Bunda thalia, yang belum
menyelesikan perkataanya, mungkin pesan itu mengandung kesedihan sehingga air
mata yang keluar dari mata sanga bunda, memotong perkataan yang dititipkan
thalia.
“Iya
bunda, pesan apa? Ayo Katakan bunda !” Jawabku sambil meyakinkan Thalia tidak
apa-apa.
“Tadi,
Thalia pesen, Jika sesuatu terjadi kepada dirinya, dia sudah membuat sesuatu
untukmu, itu ada di laci meja rias, di kamarnya, kamu bisa ambil jika sesuatu
terjadi kepadanya” Air mata yang keluar dari mata bunda nya Thalia, membuat air
mataku sedikit menetes, karena tidak percaya dengan apa yang telah di katakan
sang bunda.
“Bunda..
Thalia gak apa-apa. Adri percay, dia gadis kuat, dia tidak apa-apa bun, kenapa
bunda punya fikiran seperti itu? Thalia tidak apa-pa kan bun? Ya kan?” Ujarku.
“Ya..
Bunda juga berfikiran seperti itu, tapi entahlah melihat kondisinya yang
sekarang, ayah dan bunda Cuma bisa pasrah akan keadaan” Jawab bunda yang
perlahan pergi meninggalkan aku.
Ake
bergegas melihat keadaan Thalia dari kaca jendela yang tidak begitu tertutup,
perlahan air mataku menetes, ingin rasanya aku menemani Thalia saat itu,
terlintas perkataan bunda Thalia barusan, aku penasaran dengan sesuatu yang
telah Thalia buat untuku, tetapi aku tidak boleh mengambilnya selagi kondisi
Thalia tidak apa-apa.
----------------------------- Bersambung ---------------------------------
0 komentar:
Posting Komentar