Minggu, 31 Maret 2013

Paris, Tempatku Menemukanya (Cerbung Part 2)

 
Oke setelah kita baca part 1 sekarang waktunya ke Part 2..
Buat kawan semua yang blom tau Part satunya bisa dilihat juga disini ==> http://syerlenputria.blogspot.com/2013/03/paris-tempatku-menemukanya-cerbung.html
Nah kita lanjut ya =D


“Aku... Aku.. Aku.. Aku gak sakit apa-apa kok, Cuma sedikit demam saja, kamu gak usah khawatir, aku engak apa-apa kok”  Jawab Thalia dengan tenang, sepertinya aku curiga ada yang disembunyikan dari diri Thalia.
“Jika demam, mengapa kok sering banget sih?? Engga Mau cerita ya?” Tanyaku dengan sanga meyakinkan atas kecurigaanku.
“Ya, mungkin aku sedikit kelelahan sehingga akhirnya aku sering demam” Jawab Thalia yang juga meyakinkanku.
“Apa kamu Yakin??” Tanyaku, yang memang masih penasaran
“Ya.. Aku sangat yakin, kamu gak usah khawatir, aku tidak apa-apa” Jawab Thalia yang selalu memberikan senyuman manisnya.
“Yah sudah aku percaya kamu Thalia yang kuat, syukurlah kalau kamu tidak apa-apa, sebaiknya kamu istirahat saja jangan dulu baca buku, itu membuat otak kamu berfikir, kamu harus  bener-bener istirahat, supaya cepat sembuh dan sekolah lagi” Ujarku sambil membereskan buku-buku yang sedang dibaca thalia.
“Iya syang... makasih atas waktunya, udah mau jenguk aku” Sahut Thalia.
“Iya sama-sama, cepat sembuh ya, oke aku pulang,, istirahat yang cukup beb” Bisiku sambil mencium kening Thalia.
Aku segera bergegas pulang dengan hati yang lumayan tenang atas keadaan Thalia yang mungkin memang tidak apa-apa, setelah sampai rumah, tidak biasanya ada ayahku dirumah, setelah aku memberi salam kepada ayahku, beliau menyuruh aku, kakaku, dan ibu untuk berkumpul, sepertinya ada sesuatu yang serius yang akan dibicarakan.
“Begini, ayah sengaja mengumpulkan kalian disini ada sesuatu yang akan ayah bicarakan dan rundingkan.. Begini, ayah ada rekan untuk kerjasama di Paris, minggu depan, dan sepertinya ayah akan lama disana soalnya ini bisnis jangka panjang, dan bisa jadi ayah tidak mungkin bulak-balik setiap hari antara Jakarta-Paris, nah, inti dari pembicaraan ini, ayah ingin mengajak kalian untuk menetap disana, karena bisnis ayah sudah yakin dan pasti, bagaimana menurut kalian?” Tanya ayaku.
“Wah di Paris? Bneran ayah? Wah Oke, aku mau yah tinggal disana” Gegas Mbak Aurel yang sepertinya senang sekali setelah mendaptkan kanar seperti itu.
“Kalau ibu sih gimana kalian, ibu pasti ikut, kalau menurutmu bagaimana Adrian” Jawab ibu dengan senyum yang betnadakan setuju.
“Adrian sudah nyaman disini bu” Jawabku dengan sedikit nada kecewa, karena aku tidak mungkin meninggalkan Thalia yang terbaring sakit.
“Tapi, kita semua sudah sepakat untuk pindah !!” Sahut Ayahku.
“Beri adrian waktu untuk berfikir yah” Jawabku sambil pergi meninggalkan semua yang sedang berkumpul.
*Suasana makan malam*
Semua sudah berkumpul di ruang makan, mengingat peristiwa yang tadi, sepeertinya selera makanku hilang begitu saja.
“Bagaimana Adri? Sudah difikirkan baik-baik?” Tanya Ibu sambil memberikan nasi dan piringnya kepadaku.
“Ntahlah bu, sepertinya adri ingin disini saja” Jawabku simpel.
“Jika kamu menetap disini, bersama siapa? Sedangkan kami Lusa akan langsung berngkat” Jawab ibu.
“Adri bisa jaga diri sendiri kok” Jawabku.
“Bagaimana kalo Tante Dian saja yang suruh menetap disini saja Bu bersama Adri, soalnya kan tante Dian hidupnya sendiri di bandung” Tegas Mbak Aurel.
“Ya.. Ayah setuju, kalau memang Adrian gak mau ikut, Ayah bisa suruh tante Dian untuk menetap disini bersama kamu, bagaimana?” Tanya ayah. Akupun mengganggukan kepalaku, yang betanda setuju.
*Hari itupun tiba*
Hari ini aku berniat tidak masuk sekolah dulu, karena akan ke Bandara mengantarkan keluargaku untuk pindah ke Paris, aku ditemani tante Dian, yang nanti akan menemaniku hidup selama di Jakarta. Setelah Menuju Boarding Pass, aku segera berpamitan kepada kedua orang tuaku.
“Jaga dirimu baik-baik ya, jika kamu ingin bersama kami, susul lah kami ke Paris, kami akan selalu menunggu kedatanganmu, agar kita bisa berkumpul kembali” Ujar Ibu yang sepertinya tidak tega meninggalkan aku.
“Iya, bu Adri baik-baik aja kok” Jawabku sambil mencium tangan ibu, ayah, dan mbak Aurel.
Kamipun segera berpamitan.
            8 Haripun Berlalu, sudah 8 Hari ini Thalia tidak masuk sekolah, mengapa demamnya begitu lama, setelah aku temui 3 hari yang lalu, dia sedang tidur, sehingga aku tidak berani membangunkan dia yang memang waktu itu aku perintahkan untuk istirahat total, fikiranku mulai kacau saat itu, sekolahpun tidak fokus seperti biasanya, fikiranku hanya tertuju dengan keadan Thalia yang sepertinya memburuk, setelah pulang  sekolah aku bergegas untuk menuju rumah Thalia, untuk memastikan sesuatu tidak terjadi, sesampai disana, seperti biasanya sangat sepi anjing yang biasanya ada 2 kini tinggal 1 Karena mati. Setlah aku tanyakan kepada pembantu rumahnya Thalia, dia memberitahu aku kalau Thalia sedang di Rawat di Rumah Sakit, hatiku sempat tercengang, dan akupun segera meminta alamat rumah sakitnya, setelah mendapatkan alamatnya, aku segera bergegas menuju rumah sakit tersebut, sesampai disana, tampak kulihat bunda Thalia yang sedang menangis di bahu seorang Pria, mungkin itu ayahnya Thalia. Aku segera menghampiri mereka dan memberi salam kepada orang tua nya Thalia, setelah aku tahu kalau thalia sedang berada di ICU, aku sempat tersentak, dan fikiranku mulai kacau tak karuan, aku enggan menanyakan penyakit apa yang diderita Thalia kepada orang tua nya, karena aku percaya Thalia tidak apa-apa, dan aku percaya dia gadis kuat.
*Hari ke 10
Tidak ada perkembangan apa-apa mengenai kondisi Thalia saat ini, aku hanya bisa berdoa kepada tuhan, agar sesuatu tidak terjadi apa-apa terhadap Thalia, yang aku inginkan sekarang adalah Thalia bisa sembuh seperti biasanya, karena aku rindu, kebaikan dan senyum manisnya, setelah bunda Thalia keluar dari ruang perawatan, aku lihat matanya tampak sembab, ya tuhan perasaanku semakin kacau saat tu, ingin rasanya aku melihat keadaan Thalia sekarang, tapi tim medis tidak membolehkan sembarangan orang untuk masuk kecuali keluarganya, apa yang sedang terjadi kepada Thalia sekarang, aku mohon sembuhkanlah ya tuhan, sembuhkanlah !!
Tampak kulihat bunda Thalia sedang memperhatikan tingkah laku aku yang semakin tidak menentu, dan beliau menghampiriku.
“Adri, tadi bunda sempet dapet pesen dari Thalia,” Ujar Bunda thalia, yang belum menyelesikan perkataanya, mungkin pesan itu mengandung kesedihan sehingga air mata yang keluar dari mata sanga bunda, memotong perkataan yang dititipkan thalia.
“Iya bunda, pesan apa? Ayo Katakan bunda !” Jawabku sambil meyakinkan Thalia tidak apa-apa.
“Tadi, Thalia pesen, Jika sesuatu terjadi kepada dirinya, dia sudah membuat sesuatu untukmu, itu ada di laci meja rias, di kamarnya, kamu bisa ambil jika sesuatu terjadi kepadanya” Air mata yang keluar dari mata bunda nya Thalia, membuat air mataku sedikit menetes, karena tidak percaya dengan apa yang telah di katakan sang bunda.
“Bunda.. Thalia gak apa-apa. Adri percay, dia gadis kuat, dia tidak apa-apa bun, kenapa bunda punya fikiran seperti itu? Thalia tidak apa-pa kan bun? Ya kan?”  Ujarku.
“Ya.. Bunda juga berfikiran seperti itu, tapi entahlah melihat kondisinya yang sekarang, ayah dan bunda Cuma bisa pasrah akan keadaan” Jawab bunda yang perlahan pergi meninggalkan aku.
Ake bergegas melihat keadaan Thalia dari kaca jendela yang tidak begitu tertutup, perlahan air mataku menetes, ingin rasanya aku menemani Thalia saat itu, terlintas perkataan bunda Thalia barusan, aku penasaran dengan sesuatu yang telah Thalia buat untuku, tetapi aku tidak boleh mengambilnya selagi kondisi Thalia tidak apa-apa.


----------------------------- Bersambung ---------------------------------

0 komentar:

Posting Komentar