Di tanggal ini awal dari semua kisah
yang lampau, sulit untuk melupakan hal yang terindah pernah terjadi di
dalam hidup ini. Ria nama yang dahulu sangat mengisi ruang hidup dalam
kesunyian yang saat it aku rasakan. Tak ada yang bisa membuat aku
tersenyum pada awal kehancuran hidup ku saat itu kecuali hanya dia.
Dia
yang merubah jalan hidup ku menjadi terang benerang dalam kegelapan
yang hinggap di relung hati paling terdalam. Ku tak menyangkal apa bila
ditanya pada saat ini apakah aku masih mencintainya pasti jawabannya
“ IYA “
Aku
tak ingin menyembunyikan apa yang ku rasa tapi entah mengapa bibir ini
sulit untuk mengucapkan kata itu. Iya satu hal yang membuat bibir ini
sulit mengucapkan nya karena dia sudah ada pengganti diri ku.
Seperti nya dia kecewa dengan
diriku yang pernah meninggalkan nya tanpa sebab, waktu itu aku punya
alasan sendiri kenapa aku seperti itu kepadanya. Aku tak ingin orang
yang aku sayang hanya menjadi permainan ku saja.
Tapi saat ini aku merasakan hal
penyesalan yang paling terdalam di hati ini, karena kebodohan ku
semuanya telah tinggal kenangan yang mungkin tak bisa aku lupakan.
Saat ini aku hanya bisa mengucapkan.
“maafkan aku”.
Liburan
semester saat paling bahagia dalam hidup ini aku pulang dimana aku
dibesarkan. Tapi kenapa perasaan ini aneh selalu menganjal saat aku akan
pulang. Tapi tak terlalu aku hiraukan, hingga pesawat yang membawaku
untuk bertemu ibu sampai ditujuan. Sebelumnya aku tak memberitahukan
bahwa aku akan pulang. Karena aku ingin memberi kejutan.
Aku berjalan sambil cengengesan
seperti orang gila, karena membayangkan akan betapa terkejutnya ibu
melihat anaknya yang sudah 2 tahun tak bertemu. Tapi raga ini terhenti
sesaat ketika sosok seseorang menabrakku dari samping hingga raga ini
terjatuh dengan ransel berat yang aku gendong.
“kalo jalan itu makek kaki dong, terus jalan makek mata” cetusku yang kesakitan dan malu dilihat orang di sekeliling.
“I am sorry for my mistake in a
hurry” tuturnya yang menggunakan bahasa inggris sambil membereskan buku
yang berhamburan dilantai
Lalu aku membantunya membereskan
bukunya yang berantakan dilantai, walau hati ini esmosi eh emosi deng.
Karena sesama manusia itu harus tolong menolong. Wih gaya cuyy sok baik
hehehe. Tapi betapa terkejutnya aku saat membaca nama di salah satu buku
sastra bahasa inggrisnya yang terjatuh itu. Ria PY itu namanya dan
sepertinya nama itu tak asing lagi di teliga ku. Lalu mengembalikan buku
tersebut dan semakin terkejut ternyata sosok didepan mata ini adalah
Ria yang dahulu mengisi relung hatiku yang sepi.
“RIA” kata ku seolah tak percaya
“Nando,........ kalo jalan itu makek mata dong fool” balik memarihiku
“sorry, how are you and where are you now ?”
Tanpa menjawab pertanyaan ku dia
sontak pergi meninggalkan ku yang semakin lengkap kebahagian karena
selain bertemu ibu ternyata bisa bertemu dia yang sekian lama tak jumpa
dengan dia. Sesaat aku teringat karena sebagian bukunya masih tertinggal
dan aku memanggilnya tapi dia tak menoleh, padahal berharap besar kaya
sinetron-sinetron hahaha. Aku kembali cengengesan.
Aku kembali berjalan untuk
menaiki taksi yang sudah siap mengantar diriku untuk bertemu ibu.
Sesampai dirumah benar apa dugaanku ibu bakal terkejut karena kehadiran
aku dirumah beliau langsung memberi pelukan hangat, yang sekian lama tak
ku rasakan.
“I love you MOM”. “I love you too EBET”.
Sambil mengerutu karena di
panggil ebet. Tapi tak apa lah karena sudah bertahun-tahun aku tak
dipanggil seperti itu. Iya itu adalah panggilan kesayangan ibu dan ayah
waktu aku masih ingusan. Setelah membereskan barang bawaan ku, kembali
diriku membuka sebagian buku ria yang tertinggal ditangan ku. Salah
satunya adalah diarynya aku membacanya dengan hikmat dan semakin
membuatku terkejut ternyata dia masih mencintaiku. Bahkan dia punya
pacar hanya untuk jadi pelampisan amarah nya saja, aku semakin tertegun
setelah membaca diary itu. Dan berinisiatif untuk mengembalikannya. Tapi
aku tengsin.
Sore hari aku duduk ditempat
dimana pertama kali aku menyatakan cintaku pada ria yaitu danau buatan
aku dan ayah sewaktu aku masih kecil. Aku selalu mengingat kejadian
terindah kalau berada disana. Entah kebetulan atau apa ternyata ria juga
berada disana dia duduk ditempat favorit kami. Aku mengahampirinya
untuk mengembalikan buku-bukunya.
“ini buku kamu yang terjatuh dibandara tadi” sambil menyodorkan bukunya
“oh, iya makasih” dia mengambil buku nya dari tanganku
“aku punya alasan waktu itu, dan aku tau kau kecewa atas perlakuan ku”
“apa alasan mu yang sekian lama tak sedikitpun kamu memberi kabar yang pasti buat aku”
“aku
mau fokus untuk membanggakan ibu, kan kamu tau sendiri beliau orang tua
terakhir yang aku miliki, tapi aku salah besar saat aku menyadari bahwa
aku meninggalkan mu, maafin aku sebenarnya aku sayang sama kamu, tapi
entah mengapa sulit bibir mengucapkannya waktu itu”
“iya
aku tau, tapi kenapa kamu korbankan aku? sebenarnya aku juga masih
sayang sama kamu, tapi aku tak mungkin menemui kamu yang jauh disana”
Ria yang mulai mengeluarkan air dari mata indahnya, yang buat aku semakin terpuruk dari rasa bersalah, aku mengusap air matanya.
“Ri, kamu ingat tidak ini tanggal berapa dan bulan apa”
“27 Juni, kenapa ?”
“kamu
sudah lupa ditanggal ini dan ditempat ini kita mulai cerita yang pernah
kita lalui dahulu, dan sekarang aku ingin mengulangnya kembali, walau
sulit kamu menerima kehadiranku tapi beri aku kesempatan”
“ternyata kamu mengingatnya, dan alasanku kenapa aku berada disini karena ingin mengenang masa lalu kita.”
Suasana sunyi sepi melanda kami yang tidak sepatah kata lagi. Hingga matahari mulai turun diufuk barat,
“Ri, malam akan menjelang sebaik kita pulang” suaraku yang memecah kesunyian itu
“tapi aku ada satu permintaan” jawaban yang membuat aku terkejut
“apa”
“jangan lagi kamu meninggalkan raga ini”
Dari
saat itu aku dan Ri menjalani hari bersama walau kami dipisahkan oleh
jarak dan waktu, kami masih sering bertemu entah itu Ri ke Indonesia
atau aku yang pergi ke Swiss untuk melepas rindu.
Tamat
0 komentar:
Posting Komentar