Hai kawan.. ^-^)/
Kali ini aku bakalan posting cerpen lagi nih, tapi kali ini cerpenya bukan karyaku, melainkan karya temanku namanya "
Menurut aku seru banget ini cerpen, yang memang akhirnya sad ending.. Dan aku harap jika kalian baca, simpan jejaknya ya berupa comment :)
Minggu pagi, angin
berhembus, riak gelombang menerpa karang, barisan ikan teri berenang
diantara buih yang memutih? Sang surya naik setengah tiang, mulai
menghangatkan tubuh sang pelaut yang kembali kedaratan sambil membawa
hasil tangkapan mereka? Diujung pantai, disisi tanjung deretan batu
menghias panorama laut nan indah. Disitulah duduk seorang lelaki muda
sambil sesekali melemparkan batu kecil ketengah laut, untuk mengusir
kejenuhannya. Dialah Mario, pemuda desa yang kecewa karena cintanya
ditolak. Dari kejauhan sana yang rimbun dengan pepohonan, Raysah muncul
dengan langkah setengah berlari, menghampiri Mario yang sejak tadi
menunggu kedatangannya.
” Rio, kamu sudah lama menunggu ya?” Tanya Raysah yang begitu sampai langsung duduk disamping Mariio.
“Hhhmmmmm…..” Terdengar Mario melepaskan nafas beratnya.
“Aku
sudah hampir dua jam disini” Jawab Mario yang kemudian berdiri sejenak
kemudian melangkah kebebatuan yang tersusun rapi yang menyentuh
perbukitan, kemudian berbalik dan menatap lautan luas dan biru airnya.
Raysah hanya mengikutinya dengan pandangan mata. Sejurus kemudian, dia
kembali dan duduk disamping Raysah. Tak ada lagi kata yang keluar, dia
hanya terus menatap riak gelombang dan barisan ikan teri diantara buih
dan air dangkal. Sesaat deburan ombak menghantam batu tempat duduk
mereka, namun Mario tak bergeming sedikitpun. Entah apa yang ada dalam
fikiran Mario, dia hanya diam membisu.
“Sayang…” Terdengar suara
Raysah menegurnya dengan halus, seolah berbisik, suaranya terdengar
diantara suara deburan ombak menghantam pantai dan bebatuan.
“Maafkan aku ya, aku membuatmu menunggu lama” kata Raysah yang kemudian memeluk Mario.
“Rio, aku takut kehilangan kamu” Bisik Raysah
“Tapi
kamu tidak boleh berharap banyak kepadaku Raysah, kamu sudah
dijodohkan, kamu harus sadar itu betapa tak direstuinya aku oleh orang
tuamu” Kata Mario, hatinya pedih.
Terbayangkan olehnya, bagaimana
kedua orang tua Raysah menghina dan mengusirnya. Orang tua Raysah tak
pernah merestui hubungan mereka, dengan dalih mereka dari kalangan
terhormat sementara Matio keturunan rakyat biasa. Raysah telah
dijodohkan dengan Ferry, anak seorang saudagar kaya raya ditanah
Tomilito. Hanya karena status sosial, mereka telah meremehkan orang lain
sehingga hati mereka telah dibutakan harta.
“Memang benar aku telah
dijodohkan, tapi aku tak bisa meninggalkanmu, karena hanya kamu yang aku
cintai Mario” Kata Raysah seakan meyakinkan Mario.
“Tapi kamu tidak melawannya Raysah, kamu hanya diam, seolah kamu tak tahu bicara sama sekali” Kata Mario yang sedikit tempramen.
“Karena aku tak sanggup melawan kehendak orang tuaku” Kata Raysah yang kemudian menangis.
“Aku
mencintai kamu Mario” Kata Raysah kemudian memeluk erat tubuh Mario.
Mario pun memeluknya. Sesaat mereka berpelukan, menangis akan nasib
cinta mereka.
“Kamu jangan menagis Raysah” Kata Mario menenangkannya
“Itulah
kenapa aku memintamu menungguku disini, karena aku pikir kita bisa
bicara baik-baik disini” Kata Raysah yang masih menangis. Mario menatap
wajahnya kemudian menyapu air mata Raysah yang membasahi pipinya.
“Iya, aku pun demikian” Kata Mario sambil menatap mata Raysah dengan tajam.
“Disinilah
awal kita berjanji akan selalu mencintai, disinilah hati kita terpatri,
disinilah segala keindahan kita ciptakan” Kata Mario yang kemudian
terdiam sejenak, Raysah memandan wajah Mario sambil menunggu apa yang
dikatan selanjutnya.
“Karena Tempat inilah yang menjadi saksi tempat
kita mengikat janji, maka disini pula kita…..” Ucapan Mario terhenti.
Seolah tenggorokannya sakit ketika hendak melanjutkan
kata-katanya.Raysah kemudian berpindah tempat kemudian memandangnya
dengan pandangan tak berkedip. Dia seolah mencari sesuatu dimata Mario.
“Teruskan kata-katamu tadi Mario” Pinta Raysah.
“Disini
pula kita harus mengakhirinya, Raysah” Kata Mario yang kemudian
menundukkan pandangannya. Sebenarnya dia tak sanggup mengungkapkannya
pada Raysah, namun keadaan mereka yang memaksanya untuk mengatakannya.
Rasa hancur seketika dihati Raysah, mendengarkan ucapan Mario, yang
berarti telah mengakhiri hubungan mereka.
“Apa..?” Tanya Raysah
kaget. Hatinya semakin bergemuruh, seakan jantungnya terhenti berdetak.
Dia hanya bisa menganga, namun tak bisa berbuat apa-apa. Karena apa yang
dilakukan Mario adalah benar.
Hati keduanya berkecamuk, tak ada lagi
kata-kata yang mereka keluarkan selain diam membisu. Linangan airmata
terus mengalir namun tak ada suara suara tangisan. Mereka larut dalam
tangisa hati mereka, hanya suara deburan ombak yang terdengar. Mereka
larut dalam kebisuan. Hening jiwa dalam kegalauan, seolah meronta namun
tak kuasa. Kepada siapa mereka saling menyalahkan akan retaknya cinta
mereka, yang terjalin hampir setahun.
“Kamu tak perlu pikirkan aku
Raysah” Kata Mario yang memecahkan kebisuan mereka. Raysah kemudian
bergerak dan menatpanya dengan tatapan tajam.
“Kamu harus mampu
melupakan aku” Kata Mario kemudian membalas tatapan mata Raysah, seolah
memberi pesan bahwa ini serius. Raysah kembali terdengar isak tangisnya.
“Karena hari ini, adalah hari terakhir cerita kita, cerita Mario dan Raysah” Kata Mario sambil menghapus air matanya.
“Aku banyak dosa padamu Mario” Kata Raysah dengar suara yang sulite terdengarkan.
“Aku
sudah maafkan kamu, jangan fikirkan aku, karena sebentar lagi kamu akan
bahagia” Kata Mario yang saat langsung mengguncang jiwa Raysah, seolah
telah merontokkan dinding hatinya.
Dalam hati, Raysah berfikir apa
yang dilakukannya untuk Mario saat ini. Mario begitu tulus mencintainya.
Tak ada luka sedikitpun yang ia toreh dari mario. Dan hanya karena
perjodahan telah memisahkan cinta mereka. Jiwanya terus melayang,
fikirannya melambung keangkasa, kemudian tertuju lagi pada Mario.
“Mario,
kita kebalik batu itu, ayo..!” Kata Raysah yang kemudian menarik tangan
Mario, dan beranjak ketempat yang dituju Raysah. Mario hanya menuruti
apa yang dilakukan Raysah, terus mengikutinya kearah bebatuan disisi
pantai itu. Bebaruan yang tersusun rapi, berbentuk sebuah goa,
didalamnya seperti tersedia tempat tidur yang terbuat dari baru, buatan
orang-orang terdahulu. Sesekali terdengar suara titik air berjatuhan
dari langit-langit goa. Hawa dingin penuh keteduhan didalamnya, sunyi
tak ada suara mahluk lain kecuali suara mereka yang terdengar. Mario
terus mengikuti apa yang dilalui Raysah meski kebingungan mulai
menguasai fikirannya. Ketika berada dirongga batu berbentuk goa itu,
mereka terhenti.
“Kenapa kita kesini Raysah?” Tanya Mario kebingungan
“Aku tunjukan sesuatu padamu, kuharap kamu memenuhinya” Kata Raysah dengan nada pelan namun menunjukkan keseriusan.
“Maksud kamu?” Tanya Mario dalam kebingungan.
“Kenapa kita harus kesini?” Tanya Mario lagi yang masih belum mengerti juga.
“Ssssttttt…..” Raysah menutup bibir Mario dengan dua jari tangannya.
“Lalu untuk apa kita kesini?” Tanya Mario semakin bingung.
Dalam kebingungannya, dia menatap Raysah yang kini bertingkah aneh, memperhatikan apa yang dilakukannya.
Seketika
Mario kaget,jantungnya berdebar cepat, matanya melotot menatap Raysah.
Gila, apa yang dilakukan Raysah itu, dia melepaskan pakainnya satu
persatu. Hingga yang tersisa hanyalah pakaian dalamnya saja.
“Astagfirullah…apa
yang kamu lakukan Raysah? Kata Mario kemudian berpaling karena telah
melihat aurat bukan istrinya. Sesaat kemudian Raysah memeluk Mario dari
belakang.
“Mario, aku serahkan kesucianku kepadamu sebagai bukti cinta kita” Kata Raysah membujuk.
“Tidak!
Jawab Mario dengan tegas. “Kamu tidak perlu lakukan itu, jangan bodoh
kamu Raysah!” Kata Mario lagi, yang kemudian melepaskan pelukan Raysah.
“Kamu harus memgambilnya….” belum sempat melanjutkan kata-katanya Mario membentaknya.
“Tidak!” Kata Mario dengan nada keras.
“Kenapa
Mario?” Tanya Raysah yang sedikit emosi. “Apa kamu tidak punya nafsu
untuk melakukannya, atau sebenarnya kamu banci?” Kemarahan Raysah
membludak. Mario hanya diam dan membiarkan Raysah dalam kemarahannya.
“Banci
kamu Mario, ternyata kejantananmu tak ada” Kata-kata Raysah membuat
Mario marah, seolah-olah dia meremehkannya. Hampir saja dia menampar
wajah Raysah karena kata-kata yang dilontarkan itu. Ditundukkannya
pandangannya sambil beristigfar memohon ampunan Allah yang Maha Penirima
Tobat.
Raysah menangis karena tidak mampu membujuk Mario, yang tetap
begitu tegu dengan imannya. Rasa marah dan kecewa bercampur malu
dihadapan Marrio seolah tak terhindarkan. Raysah berteriak meronta,
berteriak kemudian memngenakan pakaiannya kembali, sementara Mario pergi
meninggalkannya didalam goa itu. Sesekali kata-kata banci, banci, dan
banci itu keluar dari mulutnya namun Mario tak lagi mempedulikannya.
Mario keluar dari goa itu, sementara Raysah mengikutinya dari belakang.
Sesaat terdiam ketika memandang lautan yang biru warnanya.
“Ternya kamu tak pernah mencintai aku Mario” Kata Raysah yang seolah memecah lamunan Mario yang ketika itu berada diluar goa.
“Raysah, tahukah kamu, kenapa aku tak mau?” Kata Mario dengan nada pelan.
“Karena kamu tak punya nafsu Mario” jawab Raysah yang membuat telinganya panas.
“Hentikan hinaanmu itu Raysah, jika aku tak sayang padamu, aku sudah melakukannya” Kata Mario dengan marah
“Dimana
harga diri kamu Raysah jika kamu serahkan kesuciaanmu kepada orang yang
tidak halal bagimu” Kata Mario dengan suara tinggi dan penuh emosi.
“Tapi aku mau..? Kata Raysah menyela namun terhenti karena Mario memotong pembicaraannya.
“Kamu, harus sadar Raysah, aku bukan orang yang gampangan seperti itu” Kata Mario
“Demi Allah aku membencimu jika kamu memaksa yang bukan halal bagiku” Kata Mario lagi
“Apa kamu tidak berfikir masa depanmu bilamana kurenggut kesucianmu?”
Raysah hany terdiam tanpa kata. Dia menyadari apa yang dikatakan Mario.
*****
Dikejauhan
terlihat lima orang lelaki menuju mereka, seketika itu Mario
menghawatirkan Raysah, karena yang sebenarnya datang adalah ayah Raysah,
Ferry, calon suami Raysah, dan tiga orang bodyguard. Mereka menghampiri
keduanya. Sesaat setelah sampai, tanpa suara apapun langsung
Dddeessssshhhh…… sebuah bogem mentah Ferry menghantam wajah Mario,
hingga Mario terjatuh dan wajahnya berdarah.
“Hei, brengsek..!”
Bentak Ferry kepada Matrio. “Kamu jangan berani mengganggu calon istri
aku” Kata Ferry dengan wajah merah dan kemudian melayangkan tinju
kewajah Ferry.
“Jangan, jangan Ferry… terkutuk kamu” Raysah meronta,
kemudian mendekati Mario namun ayahnya keburu menahannya. Raysah meronta
dan berteriak. Suara Raysah terdengar oleh nelayan yang ada disekita
pantai itu yang kemudian datang berkerumun. Ferry terus menghujani Mario
dengan tinju dan tendangannya. Tak ada yang berani membelanya,
nelayan-nelayan yang menaksikannya hanya terdiam. Mario sebenarnya mampu
membalasnya, tetapi dia tidak mau memperpanjang persoalan, karena dia
hanya pasrah pada apa yang terjadi, karena jika Mario melawan imbasnya
adalah Ferry tidak segan-segan membunuh keluarganya termasuk Raysah.
“Raysah,
pergilah besama calon suamimu, biarkan aku” Kata Mario terbata-bata.
Ferry kemudian mengajak Raysah dan ayahnya pergi dari pantai itu.
“Mario…”
Terdengar Raysah memanggil, namun ayahnya begitu keras memengangnya dan
membawanya kesebuah moboil tak jauh dari tempat mereka.
“Pergilah Raysah…doaku selalu menyertai langkahmu, semoga kamu menjadi istri yang baik” Lirih Mario dalam kesedihannya.
Anak
buah Ferry ternyata masih berdiri disitu, kini giliran mereka
menghantam Mario. Karena mereka ditugaskan untuk membunuih Mario. Kali
ini Mario melawan, dan berhasil melumpuhkan tiga bodyguard itu, bahkan
yang satunya tewas terkena jurus maut yang dilayangkan Mario. Karena
mendapat perlawanan, mereka memutuskan meninggalkan Mario. Tapi sebelum
mereka meninggalkannya, Mario menahan seorang bodyguard itu kemudian
berpesan
“Tolong titip salam buat Ferry, jangan sekali-kali dia
menyakiti Raysah, jika dia berani, maka aku sendiri yang membuat
nyawanya melayang seperti temanmu” Kata Mario kemudian melepaskan
mereka.
Pantai Tolinggula yang indah, telah menjadi saksi kisah
cinta Mario dan Raysah. Keduanya hanya bisa mengenang disudut hati
masing. Hati Mario hancur, jwanya terpukul namun dia mencoba untuk kuat,
karena hidup ini belum berakhi.
“Raysaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh………………!!!!!”
Mario
berteriak dengan sekeras-kerasnya? Nelayan yang menjadi saksi kejadian
itu, hanya terus diam tanpa kata, karena tak tahu apa yang akan mereka
lakukan Kisah mereka berakhir Itulah hari terakhir Mario melihat Raysah,
sedih, kecewa, terluka bercampur dalam darahnya? Dia hanya berharap
dikemudian hari Allah akan menunjukkan hikmah dibalik kejadian ini.