Ini adalah sebuah Cerpen ke-2 karya saya yang saya posting di blog ini, mohon maaf apabila ada kesalahan ketika mengeja-penulisan, kesamaan alur cerita, dan apabila terjadi, mungkin ini hanya ketidaksengajaan saja.
Alunan Biola Dan Harapan
By : Sherlen Putria
“Ibu... Suara apa itu? Sepertinya sangat indah sekali?”
“Oh itu suara biola nak, memang sangat indah apabila kita
resapi dengan hati”
“Biola itu seperti apa bu?”
“Biola itu adalah sebuah alat musik yang menyerupai gitar,
hanya saja bentuknya lebih kecil, dan cara memainkanya pun digesek”
“Oh.. Jadi dengan digesek bisa menghasilkan suatu bunyi yang
sangat nyaring itu ya bu?”
“Iya.. Nak, bukankah sangat indah?”
“Tentu saja bu, bolehkah aku mencobanya?”
Mendengar aku berbicara seperti itu sepertinya ibu heran
dengan keinginanku.
Aku adalah seorang gadis yang tuna netra yang berumur 15
tahun, yang mengalami kecacatan fisik sejak lahir. Memang orang fikir
kemampuanku terbatas, dan aku tidak bisa melakukan apa-apa, tetapi aku tidak
begitu, aku ingin menjadi seperti orang yang normal biasa, meskipun aku tidak
tahu bentuk dan warna benda-benda disekelilingku, termasuk sebuah biola yang
aku anggap sebuah benda istimewa.
“Kamu yakin nak? Apakah kamu bakalan bisa memainkanya?”
“Aku yakin bu, asalkan ada seseorang yang mengajariku”
Ibu pun langsung memeluk diriku dengan penuh kehangatan.
“Iya.. Besok ibu belikan ya nak”
“Terimakasih ibu, Dania sayang ibu”
**2 Bulan Kemudian**
Setelah ibuku memasukanku
kesekolah kursus musik dikota tempatku tinggal, kini aku bisa sedikit memainkan
biola dengan tatacara khusus yang telah guruku berikan, aku sangat senang
sekali, meskipun teman-temanku tidak ada yang seperti aku atau dalam arti
mereka mempunyai kesempurnaan fisik, tapi guruku bilang kemampuanku sama dengan
orang-orang normal biasa, hanya saja aku tidak bisa melihat, tetapi aku bisa
merasakan dengan hati. Mendengar kata seperti itu, membuatku lebih giat untuk
lebih memahami tatacara bermain biola dengan baik.
Alunan suara yang berasal dari
sebuah gesekan benang biola bisa sedikit menghilangkan rasa sedihku, dikala aku
menyesali diriku sendiri. Tapi aku percaya tuhan itu adil dan tidak membedakan
aku dengan orang-orang normal lain.
“Wah.. Saya sangat bangga terhadap Dania, sekarang ia sudah
bisa sedikit menghafal notasi-notasi lagu dasar bu” Ucap guruku kepada ibuku.
“Secepat itukah bu?” Tanya ibu, yang memang sedikit heran,
atau memang benar-benar heran.
“Tentu saja, Dania itu anak yang cerdas bu, saya akui
kemampuanya sama seperti anak-anak normal seperti biasa” Jawab Bu guru
“Wah.. Syukurlah, terimakasih banyak bu sudah mau
mengajarkan Dania bermain biola” Sahut ibuku, sambil sedikit memeluku, yang
berarti bangga terhadapku.
“Sama-sama bu, karena memang itulahkewajiban saya sebagai
guru” Jawab bu guru dengan senyuman ikhlasnya.
“Yasudah kalau begitu, saya pamit pulang dulu bu, permisi” Ucap ibuku kepada guruku. Akupun
segera memberikan salam kkepada guruku, pertanda akan segera pamit untuk pergi.
“Hati-hati ya nak” Sahut guruku, sambil mengelus-elus kepalaku.
“Ya bu.. Dania pamit pulang dulu ya” Jawabku.
Akupun segera bergegas pergi meninggalkan tempat lesku.
Seperti biasa, setiap pulang les, aku slalu membantu ibuku di kedai bunga
miliknya, ya.. Ibuku seorang Florist yang pandai merangkai bunga, dengan itu
aku bisa tau jenis-jenis bunga, meskipun aku tidak bisa melihat, aku bisa
merasakan dan mencium semerbak harum ciri khas bunga tersebut, seperti Mawar,
dan bunga melati yang aku suka.
Sesampai di kedai bunga milik ibu, aku disuruh istirahat
sejenak di tempat biasa aku istirahat dekat meja tempat ibu merangkai
bunga-bunga pesanan pelanggan. Setelah ibu meninggalkan diriku, tampaknya aku
sedikit lelah, dan akupun segera beristirahat selama beberapa menit.
Setelah 15 menit kemudian, tiba-tiba ada aku rasakan ada
orang yang duduk disebelahku.
“Hai..” Sahut orang tersebut.
Entah disebelah kanan atau kiri orang itu berada tapi yang
aku rasakan orang itu ada disebelah kananku.
“Hai juga” jawabku dengan senyuman, tiba-tiba orang tersebut
menepuk bahuku, bahwa orang tersebut ada disebelah kiriku, dan aku telah
membelakanginya. Akupun segera membalikan badanku.
“Kenalin aku Andre, kamu siapa?” Tanya orang itu yang
ternyata bernama andre.
“Aku Dania” Jawabku. Ada hal aneh yang aku rasakan, ternyata
andre mengulurkan tanganya, tetapi tidak aku terima uluran tanganya, maklum aku
tidak bisa melihat, dan tak lama kemudian Andre pun menempelkan tanganya
ketanganku, bertanda kita berdua telah saling kenal. Mungkin Andre curiga kalo
aku cacat, tapi dia tidak kuasa untuk berbicara itu kepadaku, karena takut aku
tersinggung.
“Andre sedang apa disini?” Tanyaku.
“Aku sedang mengantar ibuku, untuk membeli rangkaian bunga
disini, karena ini toko bunga favorit ibuku, hampir setiap hari aku kesini
mengantar ibuku untuk membeli bunga-bunga ibumu” Jawab Andre, sepertinya andre
ini orangnya sangat ramah dan baik hati.
“Wah ada biola.. Kamu suka main biola ya?” Tanya Andre,
sepertinya sambil mengambil biola disisiku.
“Iya Andre, aku ingin menjadi Violis terkenal dengan
keterbatasanku ini” Jawabku dengan
seribu senyuman semangat.
“Kamu pasti bisa kok.. Aku yakin, oyaa maukan jadi temanku?”
Ajak Andre.
“Sebelumnya, aku sangat ingin menjadi temanmu, tapi apakah
kamu tidak malu mempunyai teman cacat sepertiku? Aku ini tidak bisa melihat”
Jawabku dengan sedikit hati minder.
“Tak apalah.. Aku mencari teman tidak memandang fisik orang
tersebut kok, jadi bagaimana? Maukan temenan sama aku?” Ujar Andre. Akupun
membalas dengan anggukan pertanda setuju dan senyuman termanis yang ibu katakan
kepadaku.
Setelah lama mengobrol, aku dengar seorang wanita memanggil
Andre, mungkin wanita itu adalah ibunya andre yang setiap hari berlangganan
bunga ke kedai bunga ibuku. Wanita itu menyuruhnya untuk pulang.
“Dania.. Aku pulang dulu ya, besok aku pasti kembali lagi
kesini untuk mengantar ibuku” Ujar andre yang ternyata akan pamit pergi untuk
pulang.
“Iya andre, terimakasih udah mau jadi teman aku” Jawabku.
“It’s ok, bye dania.. Semangat main biolanya ya” Sahut
Andre.
2 tahun
aku berteman dengan Andre, hingga kini usiaku genap menjadi seorang gadis kecil
yang tumbuh menjadi seorang gadis dewasa yang berumur 17 tahun, Hanya Andre
yang aku rasa seorang teman yang memang
benar-benar tulus berteman denganku tanpa memandang fisik seseorang, Andre yang
baik hati, Andre yang memang melindungiku, aku ingat waktu bermain bersama
denganya, ada sekumpulan anak yang mengejeku dengan panggilan “Gadis Buta”
,Sungguh sakit hatiku saat itu, tapi Andre mencoba menenangkanku, dan memarahi
anak-anak yang mengejeku. Itulah alasan aku nyaman bersama Andre setiap waktu.
Hingga tersiar kabar beberapa bulan yang lalu, bahwa Andre akan melanjutkan
Study nya di Negeri kangguru di sebuah Universitas ternama disana, aku akan
merasa sangat kehilangan. Dan ternyata kabar itu benar adanya, pagi itu Andre
datang ke toko bunga ibuku,bahwa dia akan pamit untuk pergi belajar di
Australia, sebelum berangakat dia memberiku setangkai mawar segar yang selalu
aku cium setiap pagi, dikala embun mulai turun. Mawar itu akan selalu aku
simpan, untuk dan demi sahabat sepanjang masaku, sahabat terbaik yang pernah
aku temui.
Seketika itu aku ingat kata-kata “Semangat ya main biolanya.. Supaya impianmu tercapai, aku ingin ketika
nanti aku pulang, kamu udah sukses Dania, semangat ya”
Kata-kata itu benar-benar memotivasiku untuk benar-benar
mengejar mimpiku saat itu juga, aku segera belajar dan belajar untuk melatih
dan menghafal notasi-notasi laguku. Memang permainan biolaku sekarang lebih
meningkat setelah 2 Tahun belajar. Tetapi untuk menuju kesempurnaan aku masih
harus banyak-banyak belajar, dan berlatih. Disamping itu guru musikku, bu Rita
selalu bersedia untuk melatihku kapan saja, dan bagiku kata lelah sudah biasa,
asalkan berbuah manis nantinya. Setelah menyadari kemampuan bermain biolaku di
umur 18 tahun ini mulai meningkat pesat, ibuku menyarankanku untuk mengikuti
sebuah event musik yang diselenggarakan disebuah Mall di kotaku, awalnya aku
tidak mau, karena aku menyadari fisiku yang memang tidak seperti orang lain,
yang memang sempurna, tetapi ibu tidak patah semangat untuk memberiku support
yang lebih, dan terus memotivasiku untuk maju, dan pada akhirnya setelah
beberapa kali dibujuk, akupun menyetujui saran ibu untuk mengikuti event
tersebut.
Acara
itupun segera berlangsung, setelah namaku dipanggil, aku dengar teriakan ibuku
yang memberikan semangat untuku, seketika itu aku menjadi teringat dengan alm.mendiang
Ayahku yang telah lama meninggal dunia karena penyakit serangan jantung
mendadak, seandainya ayah disini skarang, pasti suara ayah akan paling keras
untuk mendukungku, tapi aku percaya ayah melihat dan mendoakanku sekarang, aku
persembahkan alunan lagu ini untuk ayah dan ibuku tercinta juga untuk Andre
sahabatku sepanjang masa, perlahan aku menggesekan benang-benang biolaku dengan
penuh perasaan sehingga menciptakan alunan-alunan nada yang indah seperti aku
mendengar alunan nada biolaku ketika 3 tahun yang lalu, alunan musik yang
tercipta dari gesekan biolaku, membuat audien menjadi hening, ntah kenapa, aku
menjadi heran, tetapi bisikan lembut terngiang ditelingaku.
“Teruskan nak..
Ciptakan nada yang indah dengan penuh perasaan”
Waktupun selesai, aku segera membungkukan badanku, pertanda
penghormatan kepada audience disekelilingku, haruan tepuk tangan terdengar
jelas ditelingaku, membuatku tersenyum lebar. Setelah itu seorang tampak
membantuku untuk turun daripanggung, sepertinya itu masih panitia penyelenggara
acara tersebut.
Beberapa jam kemudian, setelah semua peserta menampilkan
kebolehanya dibidang musik, kini saatnya waktu yang ditunggu-tunggu tiba yakni
pengumuman juaranya, aku sih sudah pesimis dan merasa tidak ada harapan untuk
menjadi seorang juara, karena aku fikir aku tidak bisa apa-apa dengan
keterbatasanku ini.
“Bu.. Kalau Dania tidak menjadi juara, Dania mohon ibu
jangan marah ya, Karena Dania fikir tidak harapan untuk menjadi juara” Ujarku
dengan nada menyerah. Ibuku memeluku dengan penuh kasih sayang yang aku
rasakan.
“Nak menang kalah itu hal biasa, ibu melihat kamu sudah
berani tampil saja itu sudah lebih menjadi seorang juara dihati ibu, kebanggaan
ibu terletak pada kemauan mu yang memang telah berlatih keras untuk mewujudkan
impianmu meskipun dengan keterbatasanmu, sekarang kita serahkan saja semuanya
kepada tuhan ya nak !!” Jawaban ibu membuat hatiku sadar, akan betapa bangganya
ibu terhadapku, tetapi aku rasa ibu akan bangga jika aku membawa piala itu
kerumah. Tapi yasudahlah mungkin itu hanya mimpi.
Terdengar suara MC acara event tersebut untuk segera
mengumumkan pemenangnya, sepertinya seluruh audience ikut merasakan tegang,
karena seluruh peserta bermain sampai titik maksimalnya, bahkan aku rasa, tidak
ada yang gagal seorangpun.
“Ya Para hadirin yang berbahagia, sekarang kita telah sampai
di puncak acara yang ditunggu-tunggu, yakni pengumuman para juara, sulit saya
akui, sebenarnya semua peserta wajib diacungi jempol, karena memang semua
peserta Is The Best ya,. Hmmm Mari kita liat siapa juara ke 3 yaitu juara
terendah,.. Juara Terendah diraih oleh...
Adinda Gabriella Sandy dari SMA 49 Jakarta, kepadanya kami persilahkan untuk
naik keatas panggung” Setelah MC mengumumkan juara ke 3 nya terdengar haru biru
suara audience yang ikut meramaikan dan memeriahkan acara tersebut.
“Dan juara ke 2 jatuh pada.... Ananda Fauzi Mahesa dari SMKN
236 Jaksel, kepadanya kami persilahkan untuk naik keatas panggung” Suara MC itu
terdengar jelas ditelingaku, mengapa ditengah aluan tepuk tangan para audience,
aku merasakan nervous yang sangat luar biasa, hingga tanganku mengeluarkan
keringat, ya tuhan ada apa ini.
“Dan inilah Juara terbaik Event Musik tahun 2013 ini
adalah.. Diraih oleh... “ rasanya begitu lama MC itu mengumumkan juara
pertamanya, tetapi ada apa denganku, debaran jantungku rasanya tidak menentu,
dan kepalaku sedikit pusing. Ya tuhan lindungilah aku.
“Diraih oleh Ananda Dewi Dania Puti, kepadanya kami
persilahkan naik keatas panggung untuk menerima hadiah yang telah kami
sediakan”
“Ibu.. Dania menang bu !!” Akupun memeluk ibu dengan erat,
dan sedikit air mata menetes.
“Selamat ya Nak” Ibu mencium keningku dengan air mata yang
keluar dari mata indahnya, ibu membantuku untuk naik keatas panggung untuk
menerima piala penghargaan yang aku impikan itu, kini aku telah membuat Ibu
bangga, Aku menang !! Ayah terimakasih untuk doa’mu di alam sana, dan Andre...
Aku persembahkan piala ini untukmu yang telah membangun puing-puing mimpi masa
depanku.
**** 2 Tahun kemudian****
Genap
20 tahun umurku sekarang, disinilah awal perjalanan karirku berlangsung,
setelah menjadi juara pertama di Event Musik Tahunan itu, banyak sekali tawaran
untuk mengisi acara-acara bergengsi di jagat pertelevisian nasional, mungkin
event musik tersebut banyak dilirik oleh musisi-musisi terkenal ditanah air,
untuk melahirkan seorang musician yang handal. Begitupun aku, telah ditawari
naungan dibawah management musik orchestra terkenal sejagat nasional, ya tuhan
terimakasih atas Anugerah yang cukup kau berikan kepada Hamba, dengan itu aku
mulai menyadari janji tuhan yang tidak membedakan fisik mahluknya, aku yang
memang seorang gadis yang penuh dengan kekuranganku, bisa apa aku tanpa melihat
sesuatu yang ada disekelilingku, tapi tuhan memberiku anugerah berupa perasaan
yang peka untuk bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi orang normal, dengan
berusaha dan dan tak henti berdoa, kini aku bisa mencapai semua mimpiku mejadi
seorag violis yang memang handal dikalangan musician sederajat dengaku, tak
lepas dari dukungan seorang ibu, kini aku bisa menjadi apa yang ia mau.
Termasuk membuatnya bangga.
“Bu.. Lusa Dania ada kontrak sama Management luar negri,
kira-kira ibu ngizinin Dania gak, kalau misalkan Dania pergi ke luar Negri
untuk benar-benar mengwujudkan mimpi Dania?”
“Tentu saja nak.. Kejarlah mimpi itu, kemanapun jalanya, ibu
akan selalu mendukungmu, karena kesuksesanmu adalah kesuksesan ibu juga,
berarti ibu tidak gagal mendidikmu hingga menjadi gadis dewasa seperti ini”
“terimakasih ibu,
Dania janji bakalan terus bikin ibu dan Ayah bangga disana, dan juga
Andre bu, teman sepanjang masaku”
“Syukurlah nak.. Lanjutkan perjuanganmu, untuk menjadi apa
yang kamu mau”
Akupun memeluk ibu dengan erat sekali, rasanya aku akan
berpisah lama dengan ibu, meskipun hanya beberapa hari saja nanti aku akan show
mengiringi musik orchestra di luar Negri, sungguh ini manjadi sejarah dalam
diary kehidupanku.
** Hari itupun tiba
**
Aku
berdiri diatas panggung selalu yang ku impikan, panggung yang aku rasakan
sangat megah, ditengah eluan tepuk tangan dan juga semangat. Lengkap dengan
dress hitam selutut, dan juga biola putihku, aku siap menghibur jutaan penonton
dengan alunan nada-nada dari biolaku dan orchestra ternama yang mengiringiku.
Ini kali pertamanya aku mengadakan konser semegah ini, ya tuhan tak henti aku
mengucap syukur kepadamu atas semua ini. Aku tidak sendiri melainkan ditemani teman seorang violis
handal juga, tetapi aku tidak tahu siapa. Katanya ini semua dadakan, ya tuhan
semoga konser megah ini berjalan denga lancar meskipun ada sedikit hal dengan
kata “dadakan”.
Beberapa menit lagi acara akan segera dimulai, sedikit
nervous memang, tetapi tuhanku dan ayahku selalu ada disampingku, terutama doa
ibu selalu mengiriku, dan semangat Andre yang membuat aku menjadi seperti
ini.
Acarapun dimulai, dengan pembukaan suara Orchestra yang
mengiringiku,membuatku sedikit tenang karena aku tidak sendiri, melainkan
ditemani rekan-rekanku yang sangat aku sayangi. Perlahan aku menggesekan alat
penggesek itu kesetiap helai benang kawat yang ada dalam biolaku, aku resapi
nada itu, aku hayati setiap alunanya, sungguh indah musik yang aku ciptakan
untuk mengisi konser nan megah ini. Setlah ku berhenti, tanpak terdengar
seorang pria yang menyemangatiku dengan penuh semangat, aku heran mengapa dia
tahu aku, siapakah dia, ya.. Mungkin dia penggemarku, tapi apa mungkin
penggemarku dari Negri lain selain Negri tempatku dilahirkan. Aku hanya bisa
tersenyum dan membukukan badanku menuju arah Audience, dan aku segera dibantu
menuju kebelakang untuk beristirahat sejenak.
Sungguh lelah aku rasakan saat ini, yang aku inginkan
hanyalah istirahat, istirahat, dan istirahat.. Tetapi aku masih terfikiran
seorang pria yang memang memanggilku dengan penuh semangat itu, siapakah dia?
Entahlah..
“Cape ya?” Tanya
seorang pria yang tidak aku kenali.
“Ya begitulah” Jawabku sambil menggeser arah duduku.
“Dania masih ingat aku?” Tanyanya.
“Maaf.. Siapa ya?”
Tanyaku.
“Dania, masih menyimpan bunga mawar yang aku beri waktu
itu?” Tanyanya, pertanyaan sedikit membuat aku berfikir, dan membuat dadaku
berdegup kencang.
“Mawar?” Tanyaku
lagi.
“Iya, mawar? Yang aku beli dari toko bunga ibumu, lalu aku
berikan kepadamu ketika aku akan pergi” Sahutnya dengan tenang.
“Andre? Mawar itu? Bukankah itu pemberianya?” Tanyaku yang
memang gugup seakan tak percaya.
“Ya.. Dania masih ingat aku?” Tanya orang itu yang tak lain
adalah Andre teman sepanjang masaku yang takan pernah aku lupakan.
“Tentu saja aku ingat.. Andre, aku rindu kamu. Bagaimana
bisa kamu tahu aku ada disini” ujar
hatiku dengan tidak karuan
“Karena tuhan aku ada di sini sekarang, aku sudah janji akan
melihatmu ketika kamu sukses, dan ingin melihat kamu,menjadi apa yang kamu inginkan”
jawab Andre dengan nada bahagia sepertinya.
“karna semangatmu aku seperti ini, karna dukungan dan doa
ibu, aku berada disini, dengan jasa guru musiku aku bisa seperti ini juga,
terimakasih Andre” tanpa sengaja aku meneteskan air mata ditengah pelukan
Sahabat sepanjang masaku, yang tidak perah membayangkan akan bertemu lagi,
tetapi tuhan sangat baik kepadaku. Mempertemukanku dengan orang yang memang
berati untuk hidupku. Dan dialah bagian dari masa Dapanku, Kini !!